Selasa, 21 Juni 2016

Where is your Hijab, My Friend?


Memakai hijab adalah suatu kewajiban bagi muslimah.
Lalu bagaimana sebaiknya? Apakah harus menata hati dulu baru berhijab, ataukah berhijab dulu baru menata hati? Apapun alasannya, segeralah berhijab, karena Allah Maha Tahu. Bukan tanpa alasan saya menuliskan ini. Ada sebuah hal yang begitu mengejutkan. Seorang sahabat saya mulai menanggalkan hijabnya karena tuntutan kerja. Astaghfirullah. Saya benar-benar kaget, speechless. Padahal, dua hijab pashmina pemberian darinya di hari ulang tahunku, masih tersimpan rapi di lemari. Beberapa kali saya memakainya di beberapa kesempatan. Ternyata masih saja ada aturan pekerjaan yang mengharuskan karyawatinya lepas jilbab, dengan alasan demi penampilan. Padahal, menurut saya, wanita berhijab itu lebih anggun dan bersahaja. Saya sangat senang ketika melihat pegawai-pegawai bank berhijab, polwan berhijab, atlet berhijab, dan beberapa kalangan fashionista hijab dengan tampilan yang semakin kekinian. Jadi banyak referensi untuk gaya busana muslimah berhijab. Hal yang terpenting adalah tidak menyalahi aturan dalam berhijab, sehingga perlu dipikir lagi ketika mau mengikuti trend tertentu. Ada trend hijab, tapi rambut di belakang terurai panjang, terlihat di balik hijab. Ada juga muslim berhijab, tetapi boncengan tiga di jalan. Ada juga yang memakai hijab, tapi lengan baju di atas siku tangan. Nah, itu yang perlu ditata, terutama para anak-anak muda yang mengaku kekinian tapi kurang menghargai makna hijab sesungguhnya. Ah, siapa saya, berani-beraninya membahas tentang hijab, sedangkan ilmu agama saya masih dangkal. Saya belum menjadi muslimah sejati dengan gaya berhijab syar'i. Saya masih melakukan kekhilafan dan kesalahan yang tak terhitung jumlahnya. Insya Allah proses menuju muslimah sejati, semoga dimudahkan oleh Allah. Sekedar sharing saja, karena saya hanya sekedar tahu, belum benar-benar memahami. Saya akan banyak belajar mengenai hal itu. Jika tulisan ini ada kata-kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf. Terima kasih sudah membaca.

Sabtu, 05 Maret 2016

Ide Kreatif Pejuang #ODOP



Hari ini cuaca cukup terang . Burung-burung di awan pun terlihat menari-nari riang.
Semoga hari in diberi kemudahan dalam beraktivitas. Terlebih lagi, harus ada komitmen menulis setiap hari. Maka dari itu, saya join ODOP (One Day One Post) yang diprakarsai oleh Bang Syaiha. Untuk tantangan bulan Maret ini, kami (para pejuang #ODOP) harus menulis dengan menyertakan 4 kata kunci yaitu kopi, burung, flashdisk, dan Presiden. Di sinilah sisi uniknya. Keempat kata tersebut secara harfiah tak ada hubungan satu sama lain . Sehingga para pejuang #ODOP perlu memutar otak untuk menggabungkan ke 4 kata tersebut menjadi satu bacaan.

Akhirnya muncullah ide-ide kreatif para pejuang #ODOP untuk memenuhi tantangan itu.
Kalimat yang awalnya tidak terpikirkan sebelumnya, menjadi logis setelah ada benang merahnya. Di situlah muncul sebuah makna yang tak terduga. Ternyata kata-kata yang terlihat tidak ada hubungnnya sama sekali akan mempunyai makna yang saling menyambung jika pintar mengolah kata.

Hidup kita memang harus ada challenge (tantangan). Sehingga hidup kita selalu ada orientasi untuk maju. Ibarat sekolah, perlu adamya serangkaian ujian untuk naik tingkat ke jenjang berikutnya. Kita tidak tahu seberapa pesat perkembangan hidup kita jika tidak ada tantangan yang harus ditaklukkan. Hidup kita pasti akan terasa hambar tanpa tantangan. Jika ada tantangan, life is never flat. 

#OneDayOnePost
#SetiapHari Menulis
#Hari_keempat
This entry was posted in

Flashdisk yang Hilang




“Bukan...bukan saya Bu yang mencurinya,” teriak Bayu dengan mengiba. Tiba-tiba satu kelas hening. Memang tidak ada yang menuduh Bayu dalam kasus pencurian flashdisk milik Intan. Namun, beberapa pasang mata tertuju ke arah Bayu ketika Bu Puspa menanyakan siapa pencurinya. Serta merta Bayu mengelak dengan disertai keringat yang bercucuran.
Kejadian hilangnya flashdisk tersebut baru disadari setelah pelajaran Olahraga. Ketika pelajaran olahraga, para siswa diwajibkan untuk pergi ke lapangan belakang sekolah. Saat itu sedang ada penilaian lomba lari.

Bayu mengaku sakit perut karena minum kopi semalam, sehingga dia memilih tinggal di kelas. Bu Puspa berinisiatif untuk menggeledah tas para siswa untuk menemukan pelakunya.
Intan sedari tadi menitikkan air mata. Bella, sahabat karibnya, berusaha meredam kesedihannya dengan menghiburnya. Harga sebuah flashdisk cukup mahal bagi Intan. Dia bukanlah anak Presiden. Dia hanyalah anak dari seorang Penjual Pakan Burung.

Dia mampu membeli flashdisk karena menyisihkan uang jajannya setiap hari. Dalam mata pelajaran TIK, semua siswa diwajibkan memiliki flashdisk untuk media penyimpanan file dari komputer.

Penggeledahan tas hasilnya nihil. Flashdisk masih belum ditemukan. Bu Puspa menggerakkan anak didiknya untuk mencari flashdisk yang hilang itu.

Tiba-tiba ada penjaga sekolah yang mengetuk pintu.
“Permisi Bu Puspa, saya menemukan benda ini di kamar mandi. Saya kurang tahu ini namanya apa, bentuknya kok aneh.”
“Lha ini dia yang kita cari-cari sedari tadi. Alhamdulillah Pak Karman menemukannya. Terima kasih Pak Karman.”

Intan menghapus air matanya. Seisi kelas juga meminta maaf kepada Bayu karena telah menuduh Bayu sebagai pencuri flashdisk.



#OneDayOnePost
#SetiapHariMenulis
#Maret_ke_3
This entry was posted in

Rabu, 02 Maret 2016

Bukan Filosofi Kopi

Rabu, 2 Maret 2016

Bukan Filosofi Kopi

Saya tidak bermaksud menandingi karya fenomal Dee Lestari yang berjudul “Filosofi Kopi.” Saya bukan penikmat kopi, apalagi harus membahas tentang kopi, bukan bidang saya.
Sebagai penikmat sastra, saya juga mengamati perkembangan novel karya Dee. Novelnya yang telah diangkat di layar lebar adalah “Filosofi Kopi.” Tentunya itu angin segar bagi para penikmat sastra maupun penggemar film. Film tersebut bisa menjadi tayangan berkualitas dari mulai rakyat jelata hingga sekelas Presiden. Sekarang, kedai kopi yang ada di tulisan fiksi Dee juga benar-benar menjelma sebagai Kedai Kopi “Filosofi Kopi”. Rancangan bangunannya juga dibuat semirip mungkin dengan karya fiksi Dee. Terobosan baru bagi penggemar kopi.

Biarlah urusan “Filosofi Kopi” menjadi urusan Dee semata. Saya mau membahas hal yang lain. Saya baru teringat kalau flashdisk saya terselip entah ke mana. Saya mulai mencari dan mencari hingga menemukan yang pasti. Saya mulai menulis dan terus menulis. Saya harus meluangkan waktu sejenak untuk menulis di sela kesibukan yang begitu padat. Hampir saja saya menyerah, tapi hati nurani saya melarangnya. Saya harus tetap menulis setiap hari. Saya harus tetap ikutan program ODOP bersama pejuang-pejuang lainnya. Maafkan saya jika saya kurang berkomitmen di bulan Februari. Mulai Maret ini, saya akan berjuang untuk mengikuti setiap tantangan yang telah diberikan. Dengan begitu, saya akan belajar banyak.  Masak iya, saya harus kalah dengan burung-burung kecil yang sedang belajar terbang.  Burung-burung tersebut dengan gigih belajar terbang agar bisa terbang ke angkasa luas. Begitu pula dengan saya. Saya harus belajar menulis dari sekarang atau saya tidak akan pernah mendapatkan kesempatan terbang untuk melihat dunia luar (terbang ke luar negeri dengan pesawat terbang).




#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari

#Hari_2

Welcome Back to ODOP Program

Selasa, 1 Maret 2016


Kicau burung yang syahdu membangunkanku dari tidurku. Aku menyeduh secangkir kopi hangat untuk menghangatkan suasana. Sebenarnya, aku kurang suka rasa pahit dari kopi asli. Sehingga perlu ada bahan campuran bahan lain yang menjadikannya lebih bernuansa. Tak jarang, ketika aku minum kopi, perutku serasa teriak. Perutku mulai bermasalah seketika itu juga.
Ada teman-teman saya yang penyuka kopi. Mereka bilang mereka lebih senang menikmati kopi hitam yang asli (tanpa gula, tanpa susu, tanpa cream, dll) . Dan, mereka melalui dengan aman-aman saja (tanpa perut sakit). Mungkin saja perutnya sudah mulai bersahabat.

Oke, sedikit dulu sharingnya tentang kopi. Aku bukan orang yang ahli dalam pembahasan tentang kopi.  Kemarin Minggu, saya menonton tayangan Mata Najwa di Metro TV. Sebenarnya itu adalah tayangan ulang dari malam sebelumnya. Pada saat itu, bintang tamunya adalah dua putra Presiden Jokowi, yaitu Kaesang Pangarep dan Gibran. Mereka sangat low profile. Sungguh mirip sekali dengan karakteristik Pak Jokowi. Penampilan mereka juga sederhana tapi bersahaja. Mereka kreatif. Sang Kakak, Gibran, mempunyai wirausaha catering, sedari Martabak Markobar sampai paket catering yang diberi nama Cili Pari . Sang Adik, Kaesang masih kuliah di Singapura. Kedua anak Pak Jokowi sudah memegang prinsip yang teguh, mereka tidak mau terjun ke dunia politik seperti ayahnya. Kata Gibran, “Yang jadi presiden kan Ayah saya, sedangkan saya hanya anak biasa.” Benar sekali, Indonesia bukanlah kerajaan yang dipimpin secara turun temurun oleh satu keluarga. Hal itu pernah dialami Indonesia pada zaman orde lama. Segala asset negara dikuasai oleh satu penguasa beserta dengan keturunannya. Alhamdulillah, karakteristik presiden yang sekarang tampaknya berbeda dengan presiden-presiden berikutnya. Semoga Indonesia lebih baik. Memang sudah seperti itu seharusnya.

Kehidupan itu jangan seperti flashdisk. Seumpama flashdisk itu muat 18 giga, maka orang-orang akan mengisinya  dengan file hingga penuh. Seumpama kita punya jabatan tinggi, kita punya kesempatan yang bagus untuk memasukkan kerabat atau keluarga kita untuk menduduki posisi penting. Itulah pemikiran yang salah. Ujung-ujungnya KKN. Masihkan para pelaku KKN bisa bernapan di Era Presiden Jokowi?

#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
#Hari_1


Rabu, 03 Februari 2016

Gerimis adalah Anugerah

Hari Minggu, (31 Januari 2016) gerimis mengguyur desaku dengan jangka waktu yang relatif lama. Padahal, di hari Minggu, murid-muridku ada les. Sehinga mereka tidak bisa menghadiri les dan les diganti menjadi Minggu malam. Itu pun masih gerimis rintik-rintik.

Semangat mereka untuk belajar sungguh luar biasa. Tak ada binar mengeluh di wajah mereka. Hanya ada riang karena bisa bermain dengan kawan. Selain belajar perlajaran, mereka juga membaca di taman baca yang masih sangat sederhana. Masih rintisan taman baca. Koleksinya juga lumayan banyak, tapi untuk bacaan anak masih kurang. Kebanyakan novel , puisi, cerita pendek tentang remaja. Ada juga beberapa buku penunjang pelajaran yang bisa digunakan untuk belajar.

Ada satu murid yang sangat istimewa, namanya Rizal. Dia ikut lomba murid berprestasi di tingkat Kecamatan Margorejo. Dia masih duduk di bangku kelas 5 SD, tapi dia sudah bisa memahami pelajaran setingkat kelas 6 SD. Dia juga rajin mengaji. Suaranya sangat merdu sekali ketika membaca Al-Quran. Dia juga tergabung dengan grup rebana di sekolahnya. Dia sudah beberapa kali ikut perlombaan rebana bersama timnya.


Tampaknya, aku perlu menceritakan profil murid-muridku. Mereka semua unik karena mempunyai ciri khas yang tersendiri. Mengajar mereka adalah sebuah anugerah untukku. Seperti gerimis tadi yang menjadi anugerah bagi setiap makhluk Allah.Terima kasih sudah membaca sepenggal kisahku ini.

#Bimbel Julia Pintar
#Februari_Membara

#First_Day 












Senin, 01 Februari 2016

Diam ini Bukan Drama

Sungguh
Diam ini bukan inginku
Namun, bibir ini terlalu kelu
Meski hanya sekedar bilang 'aku'

Bukan pembelaan yang terucap
karena ini bukanlah drama
Ini realita 
Seperti ada sosok lain di dalam raga

Ini memang bukan inginku
Sungguh....
Tak ada unsur kesengajaan 
Apalagi unsur paksaan
Ini hanya ujian

Ketika ujian datang melanda
Kemana lagi aku akan mengadu?
Hanya Allah semata 
yang senantiasa memberi pencerahan dalam setiap langkah



#Hari Senin yang cukup Mendung
#Pati, 1 Februari 2016
#Yuumeina Ryuri
#ODOP hari kelimabelas

Jumat, 29 Januari 2016

Bukan Sekedar Mengajar

Pekerjaan seorang guru adalah pekerjaan yang sangat mulia di muka bumi ini. Iya, kita semua pasti tahu jika kita bisa menjadi orang yang pintar berkat jasa seorang guru. Rasanya tak salah jika seorang guru mendapat julukan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Apa saja tugas seorang guru?

Di sini akan saya ulas tugas guru versi Yuumeina Ryuri :

1.  Mencerdaskan anak bangsa
2. Mengajarkan budi pekerti kepada siswa.
3. Memberikan suri tauladan kepada siswa.
4. Menjadi seorang figur pemimipin.
5. Menjadi sosok yang inspiratif bagi siswa.
6. Menjadi sahabat jiwa ketika gundah gulana.


dan masih banyak lagi tugas guru yang lainnya.

Jadi, di sini saya tegaskan bahwa tugas guru bukan hanya mengajar.
Masih banyak tugas dari A sampai Z yang memang sudah seharusnya menjadi satu paket "job list' seorang guru.

Ya, kesimpulannya adalah :

Jadilah guru yang tidak sekedar mengajar, karena itu terlalu mainstream, dunia ini butuh sesuatu yang anti mainstream....

Do you agree???

Silakan sharing di sini Wahai Para Guru di seluruh dunia :D

#ODOP hari Keempatbelas

Kamis, 28 Januari 2016

Weekend: Back to the Nature

Pada hari Minggu pagi, agenda saya dan murid-murid les saya adalah jalan-jalan mengelilingi desa. Sewaktu-waktu, kami juga ada agenda bersepeda keliling desa. 
Melihat hamparan sawah yang hijau benar-benar menyejukkan mata. Maklum, setiap harinya pasti pergi ke kota untuk mencari nafkah. Polusi udara tak dapat dihindari.



 Aku sangat bersyukur bisa menikmati keindahan alam di desa yang masih asri, belum ada polusi. Zaman dulu masih sering main di sawah. Maklum, kakek saya adalah seorang petani. Jadi, sering ikut turut serta ke sawah, terutama saat jaga padi yang sudah menguning dari amukan burung-burung.


Kesibukan sehari-hari bukanlah alasan untuk kita mengabaikan alam sekitar. Tetaplah bersyukur bisa menikmati sawah nan hijau di tengah maraknya bangunan-bangunan semen yang semakin menggusur keberadaan sawah.

Jangan lupa bahagia...
Jangan lupa bersyukur...
Hidup ini indah ...... 


#ODOP 
#HariKetigabelas

Bincang Literasi bersama Mbah Puji






Mbah Puji memperkenalkan Majalah Sastra Omah Singgah (majalah sastra asli Pati)

sumber gambar:
https://www.facebook.com/harianpati/photos/a.854748621230945.1073741827.854181044621036/1009101879128951/?type=3&theater


Kalau bicara tentang literasi, tampaknya tak akan habis jika dibahas hanya satu jam saja. Kemarin (27 Januari 2016), saya dan Mbak Ninik berkunjung ke rumah salah satu sastrawan dari kota Pati yang bernama Mbah Puji. Tampak rumah yang berlatarkan buku-buku dari berbagai macam genre. Sebenarnya sudah lama aku ingin berkunjung ke rumah Mbah Puji, tapi karena berbagai alasan, kunjungan belum terlaksana. Akhirnya, hari ini aku berhasil mewujudkannya (mungkin karena wasiat seseorang juga)


Tercium aroma  kopi yang diseduh dengan air panas. Beberapa teman pecinta sastra juga terlibat dalam obrolan hangat. Kebetulan saya tidak begitu suka kopi, jadi teh hangat menjadi suguhan alternatif.

Berkecimpung di dunia literasi merupakan sebuah passion bagi diriku. Apalagi, bertemu dengan teman yang sehobi, rasanya seperti menemukan harta karun yang sudah lama terpendam (ribuan tahun).

Mulai sekarang, aku harus semakin banyak belajar tentang dunia literasi. Belajar tak hanya melalui pendidikan formal. Bincang-bincang sastra juga bisa menambah wawasan tentang dunia literasi, dan yang pasti akan tambah teman.

STOP berpangku tangan...!!!
Do Action Now.....!!!!! 

Yuumeina Ryuri ( a writer wanna be) 


#ODOP 
#HariKeduabelas

Selasa, 26 Januari 2016

Literature Trip @ Rembang City


Hari Sabtu sampai Minggu (23-24 Januari 2015), saya mengadakan Literature Trip ke Rembang bersama teman saya yang bernama Ninik Lestari. Kami pergi ke sana naik bus. Alhamdulillah, kami di sana berkesempatan untuk bertemu dengan Bu Trini Haryanti.

Pada Hari Minggu pagi, kami turut serta dalam layanan baca gratis di Alun-Alun Rembang. Minat baca masyarakat Rembang lumayan tinggi. Tampak beberapa orang sedang khusyuk membaca. Koleksi juga boleh dipinjam untuk dibaca di rumah.


Mobil layanan baca gratis ini disponsori oleh Yayasan Pengembangan Perpustakaaan Indonesia (YPPI) beserta dukungan dari pemerintah setempat.



Selain itu, ada juga permainan tradisional egrang. Bagi saya, permainan ini sangat sulit. Namun, saya sangat salut terhadap minat orang-orang di sana. Terlihat ada beberapa orang yang mahir bermain egrang.

Wah, ada permainan hollahoop juga. Anak-anak kecil sangat antusias bermain holla hoop. Meskipun awalnya agak mendung, suasana di Alun-Alun Rembang saat itu sangat ramai.




Senang rasanya bertemu dengan teman-teman baru di bidang literasi. Menjadi energi tersendiri untukku agar bisa mengembangkan literasi di kota sendiri.
Bismillahirrahmannirrahim :D

#ODOP
#HariKesebelas

Kamis, 21 Januari 2016

Senandung Nada Cintaku

Sekian lama melodi cintaku tak pernah mengalun
Simphoni cintaku pun enggan bernyanyi
Piano hati tak lagi mengeluarkan bunyi-bunyi yang indah
Gitar jiwa pun tak lagi berirama ceria
Ku coba menabuh genderang cinta
Tapi apa yang aku dapat ???
Genderang murung mengandung nestapa
Ku mulai berfikir sejenak tentang keselarasan nada
Apakah aku mampu menari
Bila senandung nada cintaku mulai tak bergeming
Meninggalkan sajak-sajak lagu yang hanya untuk dikenang
Tanpa ada niat tuk menata kembali harmoni yang tlah lelah
Sgala daya upaya kulakukan tuk bangkitkan gelora nada
Termasuk menyatukan not-not balok yang tak beraturan

Hingga terajut lagu indah yang mengesankan jiwa


Pati, 13 Februari 2010

Yuumei says:
Puisi di atas termasuk puisi latepost. Puisi saya di atas juga pernah dipentaskan oleh murid saya dalam pembukaan performance Teater Dewa Ruji di sekolah.

#ODOP
#HariKesepuluh


Hujan di Kala Senja




Mendung bergelayut berlabuh di awan jingga

Rintik hujan mulai berpawai menyapa rerumputan kering

Mendendangkan suara alam yang bersuka cita

Tak heran senja di ufuk barat kembali beradu kasih dengan 

sang rembulan



Di sini, di kota ini

Aku menikmati suara hujan denganmu

Di teras depan rumah tanpa ilalang

Kita mulai bicara tentang kehidupan

Semua mengalir seperti rintik air hujan


Meski rumah ini tak berpagar ilalang

Tak akan berani sang kumbang mendekati sang bunga

Karena hadirmu sungguh nyata


sebagai penjaga bunga yang mulai bermekaran



Pati, 21 Januari 2016






sumber gambar: www.gen22.net





#ODOP
#HariKesembilan

Rabu, 20 Januari 2016

Majalah Sastra Omah Singgah (Majalah dari Kota Pati)




Sebuah gebrakan baru kini hadir di dunia literasi Pati. Sebuah majalah bertajuk "Majalah Sastra Omah Singgah" telah lahir meramaikan dunia sastra di Pati. Majalah ini diprakarsai oleh Dewan Kesenian Pati (DKP), dengan pimpinan Redaksi Khoirum Ni'am, yang juga berprofesi sebagai seorang penulis. 


Bagaikan angin segar di padang gersang, kemunculannya sangat dinantikan oleh para pengagum sastra. Pada majalah edisi Desember 2015, mengambil tema dunia Pandora.

"Sastra ibarat dunia pandora, dunia keniscayaan." Puji Pistols, penyair dan sastrawan dari Kota Pati.

Alhamdulillah, cerpen saya yang berjudul "Bukan Janji Merpati" telah dimuat dalam majalah tersebut. Selain itu, ada juga puisi, esai, catatan kebudayaan, proses kreatif seniman, resensi buku dan juga ruang refleksi.



Saya juga mulai memperkenalkan dunia sastra kepada murid-murid saya. Mereka sangat antusias untuk membaca majalah tersebut. Saya rasa itu akan menjadi awal yang baik bagi dunia literasi Pati yang semakin menggeliat menunjukkan taringnya.

Suatu ketika, di kala jam istirahat tiba, mereka mulai buka suara tentang karya saya.

"Miss, ending ceritanya keren banget, pengen baca karya Miss J yang lain."
"Wow, really?" Saya merasa tersanjung dan agak sedikit tidak percaya.

Iya, kalau di sekolah, panggilan kebesaran saya adalah Miss J karena saya mengampu pelajaran Bahasa Inggris. Mereka memang murid-murid kebanggaan saya.


Cukup sekian ulasan tentang majalah ini. Semoga edisi selanjutnya lebih menarik untuk dibaca khalayak ramai.

Selamat membaca.


#ODOP
#HariKedelapan



This entry was posted in

Selasa, 19 Januari 2016

Apa Arti Nama Yuumeina Ryuri?




Tak kenal maka tak sayang. Izinkan saya berkenalan secara sederhana. Nama pena saya adalah Yuumeina Ryuri. Alamat: Pati , Jawa Tengah .

Banyak sekali yang bertanya-tanya tentang nama saya yang satu itu. Apa saya keturunan Jepang?
Sama sekali bukan. Saya orang Jawa tulen lhoo....
Jadi awalnya saya bingung untuk menentukan nama pena. Sebagai penulis pemula, nama pena itu sangat penting sebagai image awal seorang penulis.

Yuumeina Ryuri --->

Yuumei= terkenal
-na = akhiran dari kata sifat (na-keiyoishi) jadi saya sertakan sekalian
Ryuri= R (Rindha), Yuri (Julia--> jadi Ryuri)
Yume= mimpi (bisa juga diambil kata Yume)

Jadi, arti dari nama saya adalah :
Seorang gadis yang bernama Rindha Julia yang bercita-cita untuk jadi penulis yang terkenal.
#Amin

Namun, di dunia maya, nama saya juga berubah-ubah. Ada juga yang manggil "Yumi', "Yummy" (emang makanan #lol?)

So, semoga sekarang sudah banyak yang kenal sama saya, terlebih lagi dengan nama pena saya.
Sudah mulai terbiasa dengan panggilan "Yuumei".
Di facebook saya, ada juga rubrik "Selintas Cerita Yuumei" yang menceritakan tentang kisah Yuumei sehari-hari. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi pembaca.

Thanks.
Arigatou gozaimasu.


#ODOP
#HariKetujuh



Senin, 18 Januari 2016

Apakah Kesempatan itu Masih Ada ???



Merenung tentang pengalaman yang terlewati sudah
Pahit manis kehidupan sudah menjadi kawan
Tersenyum simpul sendiri di tengah kesunyian malam
Jam dinding pun terheran,
 melihatku yang terlihat tak normal
Tapi sudahlah,
Mungkin aku telah terpengaruh dunia luar yang nyaris membuatku lupa
Lupa bersyukur kepada Sang Pencipta
Tapi semua salah,
Aku bersyukur sambil menyunggingkan senyum terindah
Apakah itu salah ???
Tiba-tiba tangisku pecah,
Mungkin aku terlalu pongah
Prinsipku terlalu lengah
Kini kusadari
Aku terlalu larut dalam dunia gemerlap hingga tak punya pedoman
Ya Allah, apakah kesempatan itu masih ada ?
Kesempatan untuk memperbaiki akhlak
Bagi hamba-Mu yang kadang terlupa menunaikan kewajibannya


Pati, 5  Agustus 2011  




Yuumei says:

Puisi saya di atas termasuk latepost karena sudah ada di laptop saya sejak 5 Agustus 2011. Tahun 2011 adalah tahunbersejarah bagi saya, karena tahun tersebut, karya pertama saya publish secara antologi dengan karya dari teman-teman kampus. Mungkin, perjalanan saya menjadi seorang penulis pantas untuk dibuat cerita. Bismillah, next project. 
Sumber gambar: https://pengayuhkereta.wordpress.com/



#ODOP
#HariKeenam 

Jumat, 15 Januari 2016

Aku Bahagia karena Aku Istimewa (Teruntuk Teman-Teman Difabel)



Meski tak bisa melihat indah dunia,
aku bahagia
karena aku bisa melihat hingar-bingar dunia dengan hati dan jiwa
Meski tak mendengar kicauan burung saat terbit sang surya,
aku bahagia
karena aku hanya mendengarkan suara hatiku sebagai pedoman untuk melangkah
Meski jari jemari tak dapat mengenggam seutas benang emas,
aku bahagia
karena aku akan mengenggam dunia dengan ide-ide yang cerdas
Meski tak dapat berlari kencang mengejar layang-layang
aku bahagia
karena aku pasti mengejar impianku dengan bakat yang kupunya
Meski tak dapat menyuarakan lagu-lagu harmonis sesuai nada,
aku bahagia
karena aku dapat menyuarakan semangatku melalui karya-karya yang belum pernah ada
Meski aku tak dapat menutupi kekuranganku dengan selembar kain dari kapas,
aku bahagia
karena aku istimewa



Yuumei says:
Puisi ini tercipta teruntuk teman-teman difabel di seluruh dunia. Kalian tercipta istimewa, jangan pernah patah semangat untuk menggapai cita. Tetaplah jadi pribadi yang selalu bersyukur.

#ODOP
#OneDayOne Post
#HariKelima


This entry was posted in

Kamis, 14 Januari 2016

RIVAL


Hakikat manusia memang diciptakan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial, membutuhkan orang lain untuk hidup. Umumnya orang lain yang berada di sekitar kita mendapat sebutan sebagai tetangga. Ketika mendengar kata tetangga, pasti muncul banyak persepsi. Ada hal yang menyenangkan dan ada hal yang menyedihkan. Itu wajar.
            Masalah demi masalah juga tercipta sebagai bumbu kehidupan. Saling menghormati dan toleransi satu sama lain adalah kunci keberhasilan untuk menciptakan atmosfer bertetangga yang baik. Lalu bagaimana apabila kita menghadapi tetangga yang sangat menjengkelkan? Apa yang akan kita lakukan? Simak saja kisahku dari awal sampai akhir.
            Awalnya, aku dan Amy berteman dengan baik. Masa-masa kecil dilalui bersama. Kami sering main boneka bersama, kejar-kejaran hingga main pasar-pasaran. Semua terlihat natural seperti kehendak Yang Maha Kuasa. Di masa kanak-kanak, kami tumbuh menjadi anak yang aktif dan berkembang.
            Kami sama-sama dilahirkan oleh seorang ibu dengan profesi yang sangat mulia, yaitu guru. Kebetulan, ibu kami adalah tenaga pengajar di sekolah yang sama. Ibuku sempat cuti selama beberapa tahun karena kelahiranku. Namun, beberapa tahun kemudian, ibuku aktif kembali menjadi tenaga pengajar sampai sekarang.
            Kami sama-sama tumbuh menjadi gadis yang dewasa. Umur kami terpaut satu tahun. Bukanlah selisih usia yang menjadi rintangan, tetapi perbedaan karakter masing-masing yang selalu menjadi kendala. Seiring berjalannya waktu, aroma persaingan mulai tercium. Terlebih persaingan prestasi belajar di sekolah. Alhamdulillah prestasiku di sekolah sangat gemilang. Aku sering sekali menjadi juara kelas. Aku dan Amy berbeda sekolah. Kami berjuang masing-masing.
            Semakin dewasa, persaingan benar-benar dimulai. Waktu itu, tiba saatnya aku memasuki SMP. Dia lebih dulu masuk SMP karena dia lebih tua dari aku. Aku berjuang agar mendapatkan SMP favorit. Piagam-piagam semasa SD juga diikutsertakan. Alhamdulillah aku berhasil menjadi siswa di SMP favorit.
            Sejak SMP itulah, perang dingin berkecamuk. Aku dan Amy tetap bertegur sapa dan saling melempar senyuman. Namun, itu hanya di luar saja, hati sudah berkata lain. Aku harus lebih bersinar dibandingkan dengan Amy. Aku juga yakin bahwa dalam hatinya, dia berfikir, “Aku harus mengalahkan Kayla.”
            Hal itu sering terjadi karena adanya tindakan membanding-bandingkan dari orang tua kami. Status sosial dipertaruhkan. Memang dia berasal dari keluarga kaya. Apa itu cukup menjamin keberhasilan seseorang? Orangtuanya juga termasuk golongan yang berhasil, tetapi sombong.
            Aku selalu menitikkan air mata ketika teringat nasihat ibuku, “Meski ibu hanya mempunyai pendidikan rata-rata, aku ikhlas. Teruskan perjuanganku, Nak. Jadilah, orang yang lebih sukses daripada ibu. Meskipun kita hidup sederhana, Allah telah menitipkan kecerdasan kepada anak-anak ibu. Itu merupakan modal yang cukup untuk menuju gerbang keberhasilan.”
            Melalui nasihat itu, aku mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang guru. Aku rasa semua keinginan ibu sama, yaitu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Ibu Amy juga menginginkan Amy untuk menjadi guru. Dia menolaknya. Aku mengerti perasaan ibunya ketika tidak ada lagi penerus sebagai pejuang pendidikan. Amy lebih memilih profesi sebagai perawat. Aku yakin itu adalah pilihan yang terbaik.
            Amy menjadi pribadi yang cantik jelita. Aku hanya itik buruk rupa yang bermimpi untuk suatu saat nanti berubah menjadi angsa putih. Dia mempunyai tubuh proporsional. Soal fashion, dia memang ratunya. Namun soal akademik, aku juaranya. Tak heran, dia memandangku dengan sebelah mata. Aku hanya bersabar, mencoba tersenyum ketika bertemu dengannya. Dia juga membalas. Padahal kami juga tahu, bahwa senyum ini hanyalah sebagian dari sandiwara kehidupan.
            Kini, kami menjalani hidup masing-masing. Aroma persaingan sudah tidak tercium. Kami sudah dewasa.  Kami sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah. Persaingan tak ada gunanya lagi. Kami berdiri di atas kaki kami sendiri. Kami memang mempunyai misi yang berbeda, tetapi sama-sama berusaha dengan sekuat tenaga untuk mewujudkannya.
            Akhir-akhir ini, aku mendengar kabar bahwa dia telah lulus dalam pendidikan keperawatan dan  menjadi perawat yang terampil. Sedangkan, aku masih berjuang di bangku kuliah untuk menjadi guru yang profesional. Hubungan kami terjalin lagi. Rasa iri, dengki, dan dendam telah musnah. Aku juga mendengar bahwa dia akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Aku akan hadir, bukan sebagai rival, tetapi sebagai teman yang ikut berbahagia atas pernikahannya.
            Seseorang yang dahulu menjadi rival atau musuh dalam selimut, kini kembali menjadi teman. Terima kasih rivalku. Berkat dirimu, aku menjadi lebih terpacu untuk maju hingga sampai tahap ini. Kini, tiada lagi rival. Meskipun tak dapat kupungkiri aku rindu aroma persaingan zaman dahulu. Itu hanya masa lalu. Akhirnya perdamaian tercipta antara aku dan Amy. Semua indah pada waktunya sesuai dengan skenario Sang Pencipta. Percayalah.

#OneDayOnePost
#HariKeempat 


Sumber Gambar:
https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://lh5.ggpht.com/-UdiYmSVUEjY/TeC_Hi1SRUI/AAAAAAAAAOM/cXvPgxopM2k/teman%2525252520ataukah%2525252520sahabat_thumb%252525255B1%252525255D.jpg%253Fimgmax%253D800&imgrefurl=http://aimexpressblog.blogspot.com/2013/03/friend-or-foe-teman-ataukah-sahabat_29.html&h=352&w=468&tbnid=fnnPEYEhSl57FM:&docid=aV-He9arwxv6lM&ei=IP2WVoXsKNTnuQSalI74CQ&tbm=isch&ved=0ahUKEwiF_K6_lqjKAhXUc44KHRqKA58QMwh2KFEwUQ


This entry was posted in

Rabu, 13 Januari 2016

Potret Seorang Guru #OneDayOnePost #HariKetiga


Ayla Cleopatra adalah sesosok gadis berambut keriting dan mempunyai pipi yang chubby. Dia masih berumur lima tahun. Sayangnya, dia sudah ditakdirkan sebagai anak yatim piatu. Kini, dia tinggal di rumah Bibi Lea. Meskipun hidup sebatang kara, Ayla tidak kekurangan kasih sayang. Bibi Lea sudah menganggap Ayla sebagai anaknya sendiri. Ayla menikmati masa kecilnya dengan penuh kebahagiaan.
Ayla masih sering menanyakan orangtuanya. Maklum, dia menjadi yatim piatu sejak umur 3 tahun. Bibi Lea menjelaskan yang sebenarnya. Orangtua Ayla sudah damai di surga.
***
Menginjak usia 16 tahun, Ayla mulai bertanya-tanya tentang arti namanya, kenapa ada nama Cleopatra? Setelah banyak membaca, Ayla mengetahui bahwa Cleopatra adalah Ratu Mesir yang sangat cantik. Apakah dia akan secantik Ratu Cleopatra? Dia memandang cermin, ada pantulan bayangan dirinya. Benar, dia mewarisi mata indah ibunya.
“Berarti aku adalah titisan seorang Ratu Mesir,” gumamnya dalam harap.
***
Ayla bergegas berangkat ke sekolah. Dia harus berjalan kaki menuju sekolahnya. Cukup menguras tenaga. Di tengah perjalanan, ada mobil yang berhenti, ternyata Sonya, teman Ayla di sekolah.
“Ay, ayo bareng sama aku saja.”
“Terima kasih, Sonya. Aku jalan kaki saja.”
“Sudahlah Ay, ini sudah hampir jam 07.00, nanti kamu telat.”
“Baiklah, terima kasih Sonya,” Ayla tersenyum manis.
Ayla belum pernah naik mobil semewah ini. Pantas saja, Sonya berasal dari kalangan elite. Naik mobil mewah merupakan rutinitas setiap hari. Namun, Sonya tetap rendah hati. Akhirnya, mereka tiba di sekolah bersama-sama.
Ayla masuk kelas, Bu Guru meminta siswa-siswa untuk mengumpulkan PR. Dia membuka tas, dia yakin telah mengerjakannya. Namun, buku PR tersebut tidak ada di tas. Apa jangan-jangan tertinggal di rumah?
Ayla dihukum untuk berdiri di bawah tiang bendera. Tiba-tiba langit mendung, hujan pun turun. Hukuman belum usai. Dia kehujanan. Dia hampir pingsan.
Saat Ayla merasa dunia sedang berputar-putar, ada seorang laki-laki bernama Arman memayungi Ayla dengan payung warna biru. Arman adalah anak penjaga sekolah. Usianya sekitar 17 tahun. Arman membawa Ayla berteduh di kantin.
“Kamu tak apa?” tanya Arman sambil memberikan secangkir teh hangat.
“Iya Kak, aku tidak apa-apa. Terima kasih, Kak.” 
“Guru itu sangat keterlaluan. Aku harus melaporkannya ke Kepala Sekolah.”
“Tidak usah, Kak. Aku pantas mendapatkannya.”
“Ini tetap saja melanggar HAM.”
“Apa Kakak tidak melanjutkan sekolah?”
“Buat apa aku sekolah? Hanya menambah beban orang tua saja. Ijazah SMP sudah cukup bagiku.”
“Namun, kita harus belajar.”
“Iya, belajar bisa dari mana saja, aku belajar dari pengalaman hidup. Dunia pendidikan itu kejam.”
“Jangan berkata seperti itu Kak,”
“Buktinya kamu diperlakukan sewenang-wenang oleh oknum pendidikan. Apa menghukum anak didik berdiri di depan tiang bendera, dan membiarkan hujan turun menyapa tubuhmu, adalah termasuk pendidikan?”
“Itu memang salahku.”
“Jangan tanya siapa yang salah, guru juga selalu punya alasan untuk selalu menjadi benar.”
“Maaf Kak, sekarang Kakak sudah kerja?”
“Iya, selain membantu ayah di sini, aku juga menjadi penjaga warnet.”
“Sedari tadi kita belum kenalan ya, namaku Ayla.”
“Oh, ya…namaku Arman.”
***
Sepulang sekolah, Ayla merenung. Dia masih beruntung karena memiliki Bibi yang akan menanggung biaya pendidikannya sampai ke jenjang SMA. Sedangkan untuk perguruan tinggi, dia harus mencari beasiswa. Maklum, Bibi Lea juga mempunyai tiga anak yang mempunyai hak pendidikan yang sama juga.
Kenapa Kak Arman begitu anti terhadap pendidikan? Apa ada yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia? Ayla harus bertanya kepada seseorang. Ya, Pak Badrun. Dia adalah guru favorit Ayla di kala SMP. Rasanya sudah bertahun-tahun, Ayla tidak bertemu dengan Pak Badrun. Sore ini, Ayla akan mengunjungi Pak Badrun.
***
“Permisi Pak, bolehkah Ayla masuk?”
“Ya, tentu saja Ayla. Apa kabar?
“Alhamdulillah, baik Pak. Bagaimana dengan kabar Bapak?”
“Seperti yang kamu lihat. Meski rambut Bapak berwarna putih, tapi jasmani masih sehat wal’afiat.”
“Pak, maaf ada yang hal yang harus saya tanyakan.”
“Ya, silakan.”
“Kenapa ada orang yang berpandangan negatif terhadap dunia pendidikan?”
“ Itu tergantung individu, Ayla. Setiap orang punya cara pandang tersendiri.
“Apa karena dunia pendidikan itu kejam?”
“Ay, kenapa kamu berkata seperti itu?”
“Temanku berkata seperti itu, Pak.
“Apa kamu memandang Bapak sebagai pribadi yang kejam?”
“Bapak adalah sosok guru yang teladan. Bapak adalah salah satu guru favorit saya.
“Itulah, masih banyak guru yang pantas dijadikan sebagai teladan. Kamu tahu perbedaan Guru Bangsa dan Guru Bangsa?”
“Tidak Pak,” Ayla menggeleng.
“Tidak setiap Guru Besar bisa menjadi Guru Bangsa. Contoh Guru Bangsa adalah Gusdur, Pak Habibie, Bung Karno, Ki Hajar Dewantara, dan masih banyak yang lainnya. Mereka mengajarkan ilmu tidak secara formal di sekolah. Mereka mengajarkan ilmu di mana saja, tak pandang anak pejabat atau anak petani melarat. Mereka mengajarkan ilmu melalui sifat-sifat mulia yang pantas dijadikan teladan bagi warga  Indonesia. Perjuangan mereka ikhlas demi mengantar Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat di mata dunia. Jadi, apa sekarang kamu sudah paham?”
“Sekarang saya mengerti Pak. Terima kasih penjelasannya. Penjelasan Bapak kali ini benar-benar memberi pencerahan untuk saya. Restuilah langkah saya untuk menggapai impian menjadi guru yang dapat menjadi teladan bagi murid-muridnya. Saya permisi pulang. Pak.”
“Semoga sukses, Ayla, dan tetaplah rendah hati,” nasihat Pak Badrun, sembari mengantar sampai ke depan pintu.
***
Sekarang Ayla mengerti. Dunia pendidikan tak selamanya muram, tergantung sudut pandang masing-masing individu.  Mungkin peraturan di sekolah lebih ketat, sehingga menuntut guru-guru untuk bersikap tegas. Guru juga harus punya wibawa, agar dihormati oleh murid-muridnya. Walaupun kita mengenal ada sosok guru yang tegas, itu bukan berarti galak atau kejam. Itu mungkin cara yang terbaik, agar murid-murid tidak manja dan patuh terhadap peraturan.
Namun, di balik sikap tegasnya tersebut, tersimpan pribadi yang lembut dan bersahaja. Guru selalu berdo’a agar murid-muridnya menjadi pintar, layaknya do’a orangtua kepada anaknya sendiri.
Ayla sudah membulatkan tekad. Dia bercita-cita menjadi seorang guru. Dia akan rajin belajar dari sekarang Dia ingin berjuang di jalur pendidikan. Dia ingin menjadi guru yang disayangi, bukan guru yang ditakuti.


Biodata Penulis:
                 Yumeina Ryuri terlahir di Pati, Jawa Tengah pada tanggal 13 Juli 1991. Gadis yang punya hobi membaca dan menulis ini, mempunyai nama asli Rindha Julia. Aktif dalam kepengurusan FLP Pati. Saat ini, dia menjadi Pengajar Bahasa Inggris di sebuah sekolah di Pati.Yumei bercita-cita untuk menjadi penulis dan pendidik yang profesional. Karya Yumei telah tergabung di beberapa antologi. Yumei dapat dihubungi melalui facebook: Rinz Yumei-na Ryuri, twitter: @YumeinaRyuri atau melalui email dengan alamat: rinz_ryuri@yahoo.com


(Ditunggu kripik (kritik dan saran) pedasnya yaaa.....!!! )


This entry was posted in