Senin, 19 Oktober 2020

Gerakan Memakai Masker di Mana Saja

 

                                                       Kampanye Pemakaian Masker di Sekolah

Hari ini aku mau sedikit mengulas tentang penggunaan masker.

Kita saat ini masih berada dalam situasi pandemi covid-19. Kita harus berjuang bersama-sama untuk memutus penyebaran virus corona. Salah satu caranya adalah memakai masker di mana-mana. Masker menjadi barang yang wajib dipakai dan dibawa ke mana-mana. Bahkan, sekarang ada operasi yustisi untuk memeriksa kedisiplinan masyarakat dalam pemakaian masker.

Memang, masih saja kulihat banyak orang yang abai tentang pemakaian masker. As you know, virus corona masih ada. Jika kalian sadar diri, kalian pasti mengenakan masker kemana-mana. Tanpa disuruh. Tanpa merasa takut tertangkap karena ada operasi yustisi yang sekarang sedang marak digalakkan.

Gerakan memakai masker itu untuk kita sendiri dan orang lain. Mari menjaga diri sendiri. Mari menjaga orang lain. Selalu memakai masker saat keluar rumah. Semoga kita semua terhindar dari segala macam virus yang membahayakan jiwa.

 

#Day11AISEIWritingChallenge

#100katabercerita

#30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge

#warisanAISEI

#pendidikbercerita

Bakti Seorang Guru Pada Negeri

 

Berfoto di taman sekolah


Menjadi seorang guru mungkin bukan keinginan banyak orang, tetapi itu menjadi keinginanku. Aneh ya? Di saat teman-teman sekolahku sukses menjadi dokter, pengusaha, arsitek, pegawai kantor dan aku memilih untuk menjadi guru. Tak apa, aku bisa menentukan pilihanku sendiri. Dan, aku masih baik-baik saja sampai saat ini.

Aku selama ini bersyukur menjadi seorang guru. Ini wujud baktiku pada negeri yang kubanggakan. Dulu, aku ingin mengajar di daerah terpencil atau pedalaman, di wilayah Indonesia. Sepertinya akan menjadi pengalaman yang sangat mengesankan. Namun, Allah mengizinkanku untuk mengajar di daerahku sendiri, di kota tempatku dilahirkan. Akhirnya, aku mulai menjadi guru di sebuah SMK yang ada di Kabupaten Pati. Aku mengajar Bahasa Inggris. Aku terbiasa dipanggil Miss Julia di sekolah, bahkan di rumah juga masih ada yang memanggilku dengan sebutan Miss. Aku selalu menikmati profesi ini sebagai sebuah hobi yang akhirnya mendapat bonus tiap bulan. Aku memilih untuk bersahabat dengan siswa, daripada saling memusuhi hingga mendapat predikat sebagai guru ‘killer’.

Siswa belajar dari guru, itu mungkin pepatah lama. Sekarang, guru bisa belajar dari siswa. Itu yang kurasakan. Aku belajar banyak dari siswa tentang kesabaran, kehidupan dan menjadi orangtua yang baik. Guru yang tak sekedar mengajar, tetapi juga mendidik dengan hati demi keberhasilan generasi bangsa. Tetaplah bangga menjadi seorang guru karena pekerjaan ini adalah pekerjaan yang mulia. Meskipun terkadang gaji hanya cukup untuk hidup, bukan untuk gaya hidup yang kosumtif.  Bersabarlah,  Allah yang akan memberi kita rezeki dari segala macam penjuru arah.

 

 

#Day10AISEIWritingChallenge

#100katabercerita

#30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge

#warisanAISEI

#pendidikbercerita

GUNAKAN TAS KAIN UNTUK BELANJA

     Pemberian edukasi kepada siswa tentang penggunaan tas kain

Isu tentang lingkungan hidup menjadi isu yang selalu hangat setiap saat. Terutama berkaitan tentang sampah. Beberapa toko dan swalayan sudah tidak memberikan kantong plastik saat berbelanja. Konsumen harus membawa tas kain sendiri dari rumah. Swalayan juga sudah menyediakan beberapa tas kain untuk dibeli. Penggunaan tas kain untuk belanja bertujuan untuk mengurangi sampah plastik yang beredar di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Dengan mengurangi sampah plastik di bumi ini, kita harap bumi kita akan lebih sehat. Upaya ini juga disertai dengan upaya pelestarian lingkungan yang lain seperti reboisasi. Saat ini banyak sekali masyarakat yang menyukai tanaman dan berlomba-lomba membeli tanaman hias. Ini adalah kebiasaan baru yang bagus demi keberlangsungan bumi kita. Salam sehat.

 

 

#Day9AISEIWritingChallenge

#100katabercerita

#30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge

#warisanAISEI

#pendidikbercerita

Kamis, 15 Oktober 2020

Bersinergi Dengan Alam, Mensyukuri Nikmat dari Sang Pencipta

                                                    WFO  di aula terbuka (joglo sekolah)
 

       

Kita diciptakan sebagai makhluk sosial yang berdampingan dengan alam. Alam memberikan energi berupa kesejukan yang kita rasa. Energi dari alam sungguh memberi kita kekuatan di saat kita lelah. Lelah boleh, asal tidak menyerah. Bekerja dengan berdampingan bersama alam seperti ini membuatku lebih tenang dan menyenangkan. Angin sepoi-sepoi mulai menerpa tubuhku. Oksigen yang kuhirup begitu lancar hingga masuk ke seluruh tubuh. Tugas demi tugas terselesaikan dengan baik sesuai rencana.

Kita semua tahu bahwa pekerjaan guru itu tidak sedikit. Pekerjaan guru itu selalu ada secara berkesinambungan, seperti mempersiapkan rencana mengajar (membuat RPP), mengajar siswa (kalau di masa pandemi dengan sistem PJJ) serta segudang administrasi yang nantinya diperlukan untuk akreditasi sekolah. Beruntungnya, Pak Nadiem sudah menyederhanakan RPP menjadi 1 lembar (dulu biasanya 1 KD bisa minimal 5 lembar). Hal itu sangat membantu meringankan beban guru. Pekerjaan guru di masa pandemi pun tetap sama. Justru seorang guru ditantang harus kreatif dan inovatif dalam mengajar siswa. Saat ini juga sering diadakan webinar via virtual untuk meningkatkan kompetensi guru. Beberapa guru ada yang dijadwalkan WFO (work from office) dan sebagian lagi WFH (work from home). Di manapun guru berada, kurasa bahwa 50 % pikirannya selalu tertuju untuk masa depan siswa. Selamat berjuang teruntuk guru-guru di Indonesia.

 

 

#Day8AISEIWritingChallenge

#100katabercerita

#30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge

#warisanAISEI

#pendidikbercerita

 

Selasa, 13 Oktober 2020

Mengunjungi Toko Buku Membuatku Bahagia


Toko Buku Mitra, salah satu toko buku di kota Pati


Membeli buku adalah rutinitas tiap bulan. Sebisa mungkin membeli 2 buku dalam 1 bulan. Tentu saja harus disesuaikan dengan budget yang dimiliki. Biasanya belanja buku secara online. Beruntungnya diriku, sekarang sudah ada toko buku di kotaku yang koleksinya lumayan lengkap (meski tak selengkap di Gramedia). Jadi, kalau beli buku bisa lebih dekat. Aku lebih suka beli buku daripada beli baju. Harga baju Rp 50.000 mungkin saja lebih murah daripada harga buku Rp. 50.000. Bahkan sekarang, harga buku Rp. 100.000 merupakan suatu hal yang wajar. Tetap saja bagi orang kebanyakan, uang Rp.100.000 lebih baik dibelikan makanan, bisa mengenyangkan perut. Apapun itu, aku tetap menghargai prinsip orang berkenaan dengan belanja buku. Saat ini, masih banyak buku yang harus aku beli, terutama antologi buku yang memuat karyaku. Salah satunya adalah kumpulan puisi: Setelah Sapardi Pergi. Semoga Allah memberiku rezeki untuk membeli buku. Amin.



Senin, 12 Oktober 2020

Suka Duka Mengajar Dari Rumah

 

Mengajar dari rumah menggunakan laptop

Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi solusi terbaik di masa pandemi covid-19. Tentu saja ada suka dan duka yang dialami guru saat mengajar di rumah.  Guru harus mempersiapakan materi pembelajaran dengan sungguh-sungguh menggunakan beberapa aplikasi terkini. Guru memang terlahir sebagai pembelajar sepanjang hayat. Mungkin, hal ini tidak hanya berlaku untuk guru. Namun, hal  ini berlaku untuk semua orang.

Guru harus segera menguasai media-media pembelajaran yang canggih dengan cara berlatih sendiri atau mengikuti diklat online yang berbayar maaupun tidak berbayar. Guru harus kreatif dan inovatif dalam mengemas pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman. Tak jarang, guru juga memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan materi pembelajaran agar siswa tidak bosan. Siswa juga bisa mengumpulkan tugas melalui media sosial.

Di masa pandemi ini, psikologis siswa harus tetap diperhatikan. Kita tidak perlu memaksakan pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang akhirnya membuat siswa terbebani. Kita rasanya harus lebih bijak dalam menyaring ilmu pengetahuan untuk disampaikan kepada siswa sesuai dengan situasi dan kondisi terkini.  Untungnya, Mas Menteri Nadiem Makarim mencanangkan Merdeka Belajar bagi guru dan siswa. Kebijakan tersebut rasanya menjadi angin segar untuk dunia pendidikan. Tetap semangat untuk guru-guru se-Indonesia. Nama kalian akan selalu harum dikenang oleh siswa sampai di surga.

 

 

 

#Day6AISEIWritingChallenge

#100katabercerita

#30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge

#warisanAISEI

#pendidikbercerita

Rindu Berproses dengan Murid-Murid Tercinta

 Peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 2019

    Sudah sekitar 8 bulan lamanya, sekolah secara tatap muka ditiadakan. Sistemnya sekarang berubah menjadi sekolah daring (online) atau sering disebut dengan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Ada suka dan ada duka saat menjalani sekolah dengan sistem PJJ. Rasa sukanya adalah kita mempunyai banyak waktu luang untuk berkumpul dengan keluarga di rumah. Rasa dukanya adalah kita merindukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas yang terkadang riuh memecah suasana. 

    Kemudian, aku rindu berproses dengan siswa saat mempersiapkan perayaan hari besar atau peringatan-peringatan hari nasional sebagai wujud cinta tanah air Indonesia. Di sekolah, siswa akan belajar tentang akademik dan non-akademik. Kegiatan peringatan-peringatan seperti ini memang perlu diadakan untuk mengasah daya kreativitas dan memperkenalkan mereka dengan seni. 

    Melalui seni, hidup kita akan semakin berwarna. Melalui seni, pikiran kita seolah-olah hidup saat memandang hal apapun yang mempunyai nilai estetika tinggi. Teruntuk siswa tercintaku, semoga rindu tanpa temu ini segera berlalu. Sehingga, kita bisa  kembali bertegur sapa dan saling berbagi cerita di sekolah tercinta. Keep on spirit, my students.

 

 

 

 

#Day5AISEIWritingChallenge

#100katabercerita

#30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge

#warisanAISEI

#pendidikbercerita


TBM BUMI AKSARA: Menebarkan Virus Membaca di Desa



TBM BUMI AKSARA,
DESA BUMIREJO KECAMATAN MARGOREJO, 
KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH



Kita pasti pernah mendengar pepatah bahwa buku adalah jendela ilmu. Pepatah itu memang benar. Wawasan kita bertambah luas karena banyak membaca. Meskipun sekarang kita bisa mengetahui banyak hal dari internet, buku tetap tak tergantikan. Hal itu pula yang menumbuhkan semangatku untuk mendirikan taman bacaan masyarakat di rumahku. Aku menamainya TBM Bumi Aksara.

Berawal dari koleksi pribadi semasa kuliah, aku mencoba menaruh buku-bukuku di ruang tamu. Aku hanya ingin bukuku bisa dibaca oleh orang banyak. Saat pertama merintis, aku belum punya rak buku. Akhirnya aku  berinisiatif untuk membuat rak buku dari kardus bekas yang dilapisi dengan kertas kado. Alhamdulillah, ada sekitar satu kardus penuh.

Lambat laun, koleksi bukuku bertambah banyak. Aku memperoleh buku dari membeli sendiri dan juga donasi dari beberapa teman Berawal dari rak kardus sederhana, Allah mengirimkan rak buku kayu berwarna hijau untuk taman bacaanku. Ketika Allah mulai mengucapkan ‘kun fayakun’  semua pasti terjadi atas seizin-Nya.

Alhamdulillah, koleksi buku-buku di TBM Bumi Aksara semakin banyak, terutama jenis novel dan buku bacaan anak-anak. Saat selesai mengikuti bimbingan belajar di rumahku, mereka langsung membaca buku. Aku senang, minat baca masyarakat di desaku mulai tumbuh. Semoga aku bisa terus semangat dalam mengembangkan TBM Bumi Aksara. Man Jadda Wa Jadda. 


 #Day4AISEIWritingChallenge

#100katabercerita

#30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge

#warisanAISEI

#pendidikbercerita

Jumat, 09 Oktober 2020

Menjadi Guru Milenial di Masa Kini

 Ini adalah foto saya dan kedua rekan guru di sekolah. Kami mempunyai julukan "Milenial Teachers"
 

    Guru adalah pekerjaan mulia yang selalu menjadi impian saya sejak kecil. Ibu saya adalah figur seorang guru yang menginspirasi hingga kini impian saya terwujud. Perjuangan menjadi seorang guru tidaklah mudah. Kuliah 4 tahun ditempuh untuk meraih gelar sarjana pendidikan di bidang Bahasa Inggris. Alhamdulillah, do’a Ayah dan Ibu mampu mengantar saya menjadi seorang guru sampai saat ini.

    Pembelajaran Jarak Jauh yang disebut dengan PJJ menjadi solusi belajar di masa pandemi. Siswa belajar di rumah. Guru mengajar dari rumah. Guru masa kini harus menguasai teknologi canggih seputar dunia pendidikan. Apalagi di masa sekarang, guru ‘dipaksa’ harus menguasai teknologi terkini seperti google classroom, microsoft teams, office 365, zoom, webex, google meet dan lain-lain.

    Perlahan-lahan, guru belajar hal tersebut. Guru yang tidak mau belajar akan tertinggal. Usia rasanya bukan jadi kendala jika ada niat dan kemauan yang kuat. If there is a will, there is a way. Guru milenial dituntut menguasai teknologi dengan cepat, termasuk menguasai media sosial yang kini kian merebak. Guru bisa mengawasi gerak-gerik muridnya di media sosial. Jika ada yang kurang pantas, kita bisa saja menegur. Berkali-kali saya menegur murid jika postingan mereka tidak pantas. Mereka harus belajar cara berinternet sehat. Jangan sampai menyebar hoax atau membuat konten yang tidak pantas. Bisa-bisa terjadi pelanggaran UU ITE. Hal ini yang seharusnya disadari oleh semua pengguna media sosial. Bukan asal posting tanpa tahu kebenarannya.

    Guru milenial menurutku harus bisa menjadi partner atau sahabat untuk murid. Sehingga murid akan bebas berpendapat tanpa adanya rasa takut. Kita hidup di zaman demokrasi. Semua bisa berpendapat. Lazimnya, murid belajar dari seorang guru. Faktanya, guru juga bisa belajar dari murid tentang arti kesabaran dan arti hidup.

    Alangkah indahnya jika kita punya murid yang berwawasan luas, mandiri, selalu melakukan hal positif dan menghormati orangtua atau guru. Terlihat fashionable itu boleh, asal tidak melanggar norma yang berlaku.    

    Selain menjadi guru di sekolah, terkadang saya juga menemukan murid-murid di sekitar saat berkomunitas di bidang kepenulisan. Kita saling berbagi ilmu. Saat itu, saya tidak mau dipanggil Bu Guru. Meskipun mereka tahu profesi saya sehari-hari. Namun, nampaknya naluri seorang murid tetap terlihat yaitu murid yang menghormati gurunya. Saya benar-benar terharu. Walaupun saya bukan guru mereka di sekolah, mereka selalu menaruh hormat pada saya. Terlebih perilaku mereka yang tetap sopan meskipun terkadang lebih akrab dengan jalanan dan hawa malam yang dingin. Semoga kita tetap istiqomah menjadi guru milenial masa kini yang selalu mengajar dengan hati.

 

 

#Day3AISEIWritingChallenge

#100katabercerita

#30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge

#warisanAISEI

#pendidikbercerita

Rabu, 07 Oktober 2020

Tetap Semangat Belajar di Masa Pandemi

 



Menjadi seorang guru adalah sebuah panggilan jiwa yang merupakan cita-cita sedari kecil. Waktu kecil sekalipun, aku selalu bercerita bahwa cita-citaku adalah guru. Tak pernah berubah. Mungkin darah pendidik ini mengalir dari ibuku. Aku suka mempelajari bahasa apapun. Sewaktu SMA, aku mempelajari Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Perancis dan Bahasa Jepang. Tentunya Bahasa Jawa juga tetap dipelajari sebagai muatan lokal. Alhamdulillah, saat ini aku mengajar Bahasa Inggris di sebuah SMK di Kabupaten Pati.

Selain guru di SMK, aku juga mempunyai sebuah bimbingan belajar di rumah. Namanya Bumi Aksara Learning Centre. Tepatnya berada di Desa Bumirejo, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Aku sudah mulai membuka bimbingan belajar saat kuliah semester 8. Waktu itu tinggal mengerjakan skripsi saja. Di masa pandemi ini, aku hanya ingin membantu anak-anak di sekitarku untuk tetap belajar karena setiap hari juga ada tugas yang dikerjakan selama PJJ. Tentunya harus tetap menerapkan protokol kesehatan. Mereka mencuci tangan terlebih dahulu dan memakai masker. Akupun memakai masker dan juga face shield. Terkadang, hal-hal kecil bisa terlupa, misalnya perkalian. Hal itu karena di rumah pelajarannya kurang diulang-ulang atau bisa saja belum memahami pelajaran baru yang disampaikan oleh guru selama PJJ. Aku ingin mereka sharing tentang kesulitan mereka apa setelah membaca materi dari gurunya. Jika belum paham, aku mulai menjelaskan. Alhamdulillah, suka duka PJJ memang harus kita jalani bersama. Semoga Allah segera mengusir virus corona dari negeri kita tercinta.


#Day2AISEIWritingChallenge

#100katabercerita

#30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge

#warisanAISEI

#pendidikbercerita