Jumat, 31 Oktober 2014

Welcome to My Blog: I love Writing

Konnichiwa....

Lama sekali rasanya tidak menulis di blog , mungkin karena rutinitas yang teramat padat, sehingga belum sempat posting apapun. Sebenarnya banyak kisah yang ingin aku bagi di blog, tapi memang banyak waktu yang tersita untuk hal lain.

Bagaimanapun juga, aku tetap menulis setiap hari (walapun hanya update status di social media) .... dan yang pasti aku menulis di papan tulis setiap hari karena memang tuntutan atas profesiku sebagai pengajar.

Aku seringkali teringat dengan kata-kata ini:

 Jika kamu membaca, maka kamu akan lupa
Jika kamu menulis, maka kamu akan ingat.

Itulah salah satu alasan aku suka menulis. Aku mulai membudayakan menulis sejak sekolah di bangku SD. Aku terbiasa meringkas pelajaran dengan menulisnya di kertas, sehingga aku tidak perlu membaca buku keseluruhan. Aku biasanya menggunakan pen warna-warni untuk menghiasi bukuku. Apabila catatanku bagus, maka aku akan senang untuk membacanya. Membaca sama dengan belajar. Apabila kita membaca berulang-ulang, kita pasti bisa memahami esensi mata pelajaran tersebut.

Selain meringkasnya, aku juga mencatat di gulungan kertas. Ini khusus untuk hafalan (apapun itu). Seperti saat SMA, aku diajarkan beberapa bahasa, seperti Bahasa Inggris, Bahasa Perancis, dan Bahasa Jepang. Aku menuliskan kosakata-kosakata baru dalam bentuk gulungan kertas yang dapat aku bawa kemana-mana. Hal itu sangat efektif sekali. Dengan mudahnya, aku mengingat kosakata tersebut. Sehingga nilai-nilaiku cukup bagus di bidang bahasa

Okay, sedikit cerita yang bisa aku bagi kali ini.
Semoga next time makin banyak kisah yang dapat mewarnai blog ini.

Selamat Membaca



foto bersama anak didik di beranda rumah

Senin, 29 September 2014

DRAMA POLITIK REPUBLIK INDONESIA



DRAMA POLITIK REPUBLIK INDONESIA






Ketukan palu Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso pada rapat paripurna DPR yang digelar Jum’at lalu (26/9/2014), memunculkan drama politik yang cukup dramatis di negara Indonesia. Pasalnya, skenario yang telah diatur sedemikan rupa, tampaknya cukup berhasil membuat masyarakat tertegun. Pertentangan antar dua kubu pada masa pilpres, nyatanya berlanjut hingga topik pemilihan pilkada jadi sasaran. Koalisi Merah Putih (KMP) menginginkan pemilihan pilkada melalui DPRD. Sedangkan pihak yang lainnya masih menginginkan untuk pemilihan pilkada melalui pemilu langsung.
Selama sidang, ada sebuah fenomena yang mencengangkan. Partai Demokrat yang awalnya memilih untuk mendukung pemilihan langsung, tiba-tiba menyatakan netral dan memilih walkout dari persidangan. Hal ini dinyatakan oleh juru bicara Fraksi Partai Demokrat, Benny K. Harman. Setelah pernyataan ini, muncullah statement-statement  tentang SBY di akhir masa pemerintahannya. Sebagian ada yang mengatakan bahwa itu adalah pencitraan semata.
Drama politik kini jadi topik utama. Masyarakat awam menjadi bingung. Apakah hak mereka masih dihargai dalam pemilihan seorang pemimpin atau tidak. Padahal, beberapa tahun ini, masyarakat ikut senang dengan adanya pemilihan pilkada secara langsung. Makna senang juga punya banyak arti. Apakah senang dalam arti sebenarnya, yaitu menyuarakan hati nurani untuk memilih seorang pemimpin, atau senang karena mendapat “serangan fajar” sebelum berangkat ke TPS?
Pilkada melalui DPRD pun tak menjamin hilangnya praktek KKN. Justru bisa saja KKN menjadi tiga kali lipat, karena yang disuap bukanlah orang-orang biasa, tetapi “orang-orang yang luar biasa”. Seperti perumpamaan sederhana berikut ini, siapa yang berani menebar banyak umpan di lautan, dialah pemenang yang akan panen ikan besar-besaran. 
Kabarnya, drama politik belum berhenti di sini. Pihak yang kalah mungkin saja mengajukan banding ke Mahkamah Konstitusi (MK). Namun, soal berhasil atau tidaknya di persidangan MK nanti, masih menjadi teka-teki. Bisa saja pilkada melalui DPRD adalah keputusan mutlak yang tak dapat diganggu gugat.  Jika memang hal itu adalah sebuah keputusan final, maka yang dapat kita lakukan sebagai masyarakat awam hanya bisa “menitipkan”  suara kepada dewan-dewan terhormat yang menjunjung tinggi rasa “amanah” 



berunding dulu sebelum menentukan keputusan rapat paripurna 

PILKADA LANGSUNG atau PILKADA MELALUI DPRD?????




Yumei says:
Alhamdulillah bisa merampungkan sebuah opini. Tadinya sih mau dikirim di koran, tapi aku berubah pikiran. Jadi, aku putuskan untuk posting di blog saja (daripada blog ku sepi ^,^). Kebetulan topik ini sedang hangat diperbincangkan di mana. Sedikit-sedikit aku belajar untuk nulis artikel atau berita dari pelatihan jurnalistik singkat yang pernah aku ikuti. Dan hasilnya, bisa dilihat sendiri di tulisan ini. Selamat Membaca....!!! kritik dan saran jangan lupa yaaa.....

Rabu, 13 Agustus 2014

Pengalaman Berkemah Yumeina



Ketika aku melihat anak-anak berangkat berkemah pada hari Selasa lalu (12/8), ingatanku melayang pada moment berkemah di kala SD. Aku dan teman-teman berkemah di lapangan Margorejo (yang sekarang dijadikan sebagai pangkalan truk). Persiapan pun dipersiapkan dengan matang. Dari tenda, pagar, pasak, obor, dance serta stamina tentunya. Kebetulan saat itu aku mewakili untuk lomba dance. Masih ingat betul lagunya yaitu perpaduan lagu Bollywood dan senam poco-poco.

Karena berkemah, aku punya banyak teman lintas sekolah dasar. Biasalah, anak-anak SD pasti senang berkawan dengan kawan-kawan yang baru (sebagian anak yang aku kenal saat itu, menjadi teman di kala SMP). Masa-masa SD di tahun terakhir adalah masa transformasi menuju jenjang yang lebih tinggi, yaitu SMP.

Hiking pun menjadi menu wajib saat berkemah. Kami berjalan menyusuri jalan yang penuh lika-liku. Kami harus memecahkan sandi demi sandi di masing-masing pos. Itu merupakan tantangan tersendiri bagi kami. Jika kami berhasil di satu pos, maka kami mendapat tiket untuk melanjutkan perjalanan menuju pos selanjutnya. Melelahkan, tapi menyenangkan. Memberikan pengalaman yang tak akan pernah terlupa, kuabadikan dalam sebentuk puisi khas anak SD

Kembali  ke tahun 2014.
Pada tahun 2014 ini, diadakan kemah juga di lapangan Dadirejo. Entah kenapa aku merasakan atmosfer itu lagi, mungkin karena sebagian pembina pramuka di SD adalah teman-temanku. Aku tetap support mereka agar acara kemahnya lancar. Selamat berjuang….!!! Ciptakan suasana kemah yang menyenangkan. Selamat hari Pramuka (14 Agustus).

Pati, 13 Agustus 2014
Salam semangat

Yumeina Ryuri





<photo id="1" />

#DearDiary : Curhatan Para Penulis tentang Cinta









Orang biasanya nulis diary itu untuk dibaca sendiri. Namun, kali ini agak berbeda, nulis curhatan tapi dipublish dalam bentuk buku. Buku #DearDiary ini adalah buku terbitan AE Pubishing, Jawa Timur. Alhamdulillah, tulisan curhat Yumei tertera di buku ini.
Ada yang penasaran tentang isinya???
Hmmm...seperti apa yaaa?
Silakan pesan via online yaaa.......


Kontributor Buku #DearDiary

BINGUNG :
1.       Gatot dan Mata Berjendela - Farihatun Nafiah
2.       Catatan Sebelah Hati - Bebby Rofta
3.       Mencari Jawab - Anggi Putri
4.       Salah, Nggak? - Lilit Widiyanti
5.       Segitiga Cinta - Bunga Sholekha
6.       Cinta atau Benci - Natasha Puji Kosasih
7.       Aku Bingung Dengan Cintaku - Atik Suryani
8.       Aku Harus Bagaimana? - Dhesfi Kedavra
9.       Cemburu Menguras Bak Mandi - Aila Nadari
10.    Sebuah Perasaan Abstrak - Yumeina Ryuri
11.    Gara-Gara Mimpi - Farisya Latief

CINTA ITU …
12.    Dia Kakakku! - Ari Saptarini
13.    My Friend, My Brother, My Love - Titin Aisyah
14.    Anehnya Cinta - Chikita Nawaristika
15.    Cinta itu Tak Perlu Memiliki - Rozie Deedee
16.    Pelataran Cinta - Hastira Soekardi
17.    Cinta itu Adalah Penerimaan - Elsa Yuliana (biodata)
18.    Cinta Itu Matahari - Fitra Irena
19.    Biarkan Aku Bermonolog - Forza Fauzan (biodata)
20.    Curhatan Jadi Cinta - Widi Asoka
21.    Apa itu Cinta? - Meutuwah Ridhana (biodata)

Kenapa harus pacaran?
22.    Emang Kenapa Sih? - Wulan Ary Arvianty
23.    Single Itu Happy - Winda Rahma
24.    My Electronic Diary… - Arieska Arief
25.    Semua Akan Indah Pada Waktunya - Sitti Rahmah Sari
26.    Pacaran Penting Ya?  - Eka Wahyu Andayani
27.    Masih Ingin Bebas - Glory Grant
28.    Demi Cinta Bergaransi - Meykke Santoso
29.    He Makes Me Happy - lyhope

Pilih Mana, Menikah dulu atau pacaran dulu
30.    Lika-liku Sebelum … Menikah? - Nur Rahma Nisrina Haq
31.    Impian Pernikahan - Meiga Lettucia
32.    My Distalove - Rere Zivago
33.    Aku, Mas Zie, dan Masa Lalu ( nama penulis dan biodata)
34.    Langsung Nikah Kalau Siap - Rizqia Urfa
35.    Nikah? Yes. Pacaran? No - Septia Milanda
36.    Cinta, Hati dan Hidupku dalam Jihad di Jalan-Mu- Mona Mukarromah
37.    Lebih Baik Menikah Dulu, Lalu Pacaran - Windyani
  

"Akhirnya, aku memang harus meminta ma’af. Meskipun nyatanya perasaanku tak pernah salah, karena mencintai seseorang bukanlah suatu kesalahan, yang salah adalah memaksakan kehendak untuk memiliki seseorang yang jelas-jelas tak menaruh hati pada kita."

itu adalah cuplikan curhat Yumei yang ada di buku #DearDiary...


Bagaimana cara membelinya? 


Let's check this out 

Judul : #DearDiary
Pengarang : Teti Wahyuni, Sitti Rahmah Sari, Yumeina Ryuri & ECA Lovers
Ukuran : 14 cm x 20 cm
Tebal : vi + 147 halaman
Harga : 36.000


PEMESANAN :
Ketik: DIARY# NAMA LENGKAP # ALAMAT LENGKAP # JUMLAH # NO TELP
Kirim ke : 082333535560 untuk kontributor tambahkan #JUDUL NASKAH
Pembelian 10 buku, gratis ongkir.

Rabu, 06 Agustus 2014

CERPEN : Bukan Janji Merpati

Bukan Janji Merpati
Oleh Yumeina Ryuri

Seringkali kita mendengar ungkapan “Merpati tak Pernah Ingkar Janji”. Sebegitu setia sepasang merpati dalam ikatan asmara, hingga tak ada niat untuk berpisah. Sayangnya, kita manusia, yang terkadang lupa atau khilaf. Namun, kita harus selau bersyukur karena kita ditakdirkan sebagai makhluk paling sempurna di alam semesta.
Kisah asmaraku pun sama, kadang pasang, kadang tenggelam. Namun, aku tak pernah menyalahkan siapapun atas tragisnya drama cintaku ini. Hal ini bermula saat aku mengenal Maulana Adi Putra, seseorang yang mampu membuat hariku berbunga-bunga. Aku sempat memujanya bagai dewa, sebelum aku tersadar akan pedihnya cinta.
***
Lima tahun silam, kala itu aku masih berseragam putih abu-abu. Aku belajar kelompok di rumah teman, namanya Hesty. Di sana, aku bertemu dengan Maulana.
“Him, kamu bisa mengerjakan soal no 5?”
“Aduh Hes, soal ini sulit sekali.”
Gimana ya? “
“Tanya teman saja gimana?”
“Hmm…bentar Him, kamu tunggu sebentar ya…aku akan segera kembali.”
Lima menit kemudian, Hesty muncul dengan seseorang yang bertubuh tegap.
“Him, kenalin ini Maulana.”
“Aku Himawari, panggil saja Hima.”
“Aku Maulana. Cukup panggil aku Lana.”
Lana bagaikan dewa penolong untukku dan Hesty. Dia sangat jago sekali pelajaran Matematika. Diam-diam, aku curi-curi pandang melihat bening matanya.Aku benar-benar terpesona.
***
“Him, malam minggu kita ke bioskop ya?”
“Hmm…gimana yaa?”
“Sudah, ikut saja Him, Lana juga ikut kok.”
“Apa aku tidak mengganggu kalian berdua?”
“Hello Hima…memang kita pacaran? Aku udah anggap Lana sebagai saudara.”
“OK….deal.”
***
Di bioskop, kami bertiga menonton film bergenre romantis. Tanpa sengaja, aku melihat bulir bening di mata Lana. Dia sangat menghayati film yang sedang diputar. Aku jadi simpati terhadapnya. Hal itu menandakan bahwa dia adalah tipe cowok yang romantis.
Film usai, kami bertiga pulang. Lana berbisik lirih padaku, mengisyaratkan sesuatu,
“Him, minggu depan kita nonton bareng ya,”
“Bertiga maksudnya?”
“Hanya aku dan kamu.”
Aku mengangguk. Hesty tidak menyadari hal ini. Dia masih asyik dengan ponselnya, menyapa teman-temannya di dunia maya.
***
Sepulang dari bioskop, hubunganku dengan Lana semakin lengket bagai jenang. Meskipun belum ada kata jadian, setidaknya sinyal-sinyal asmara dengan lancar berkirim pesan. Sampai suatu sore, Lana mengajakku berjumpa di taman kota penuh bunga.
“Him, apa kamu suka hal-hal yang berkaitan tentang Jepang?”
“Ya…benar sekali.”
“Kamu bisa bahasa Jepang?”
“Lumayan, masih proses belajar. Memang ada apa?”
“Kamu pasti tahu artinya aishiteru[1] ‘kan?
“Artinya aku cinta kamu.”
“Aku juga cinta kamu, Him.”
Deg, Lana menatapku lekat. Aku terdiam membisu, mematung tanpa suara. Serasa ada angin segar yang merasuk ke dalam aliran darahku. Aku bahagia.
Aishiteru, Hima,” Lana mempertegas perasaanya sambil memberiku seuntai mawar merah.
Watashi mo[2], Lana.” aku tersipu malu.
***
Ternyata impian kami sama. Kami sama-sama ingin merasakan aroma bunga sakura di negeri aslinya. Kami ingin merasakan suasana hanami di bawah bunga sakura yang bermekaran. Kami ingin menonton bunraku dan kabuki di sebuah panggung pentas yang megah. Kami juga ingin memandang lepas keindahan gunung Fujiyama yang menyimpan legenda.
“Him, percayalah, aku akan membawamu terbang ke Negeri Sakura.”
“Janji?”                     
Lana mengangguk. Kami saling mengkaitkan jari kelingking pertanda pengikat janji. Semoga tak ada yang berniat untuk mengingkari.
***
Kami belajar Bahasa Jepang bersama-sama. Kami saling memberikan motivasi satu sama lain. Bahkan, kami pernah melakukan hal yang mustahil. Kami mengikuti kuis di media jejaring sosial yang berhadiah liburan ke Jepang. Hitung-hitung bisa ke Jepang secara gratis.
Mungkin nasib baik belum berpihak kepada kami. Namun, kami selalu percaya, banyak jalan menuju Jepang. Dengan usaha yang gigih, kami yakin akan menginjakkan kaki di Negeri Sakura.
***
Waktu melesat bagai anak panah. Kami sudah menanggalkan seragam putih abu-abu. Kami sudah lulus SMA. Lana berniat melanjutkan kuliah di Jakarta.
“Him, aku ingin bicara.”
“Iya, Lan, aku di sini.”
“Aku harus kuliah di Jakarta, demi cita-citaku untuk membahagiakan orang tua.”
“Itu berarti hubungan kita usai?” aku terlalu cepat mengambil kesimpulan.
“Bukan seperti itu Him, hanya hubungan kita menjadi LDR. Itu saja.”
LDR? Itu tak semudah yang kita bayangkan.”
“Kita harus mencobanya, Him.”
“Aku tak mau tersiksa karena menanggung rindu padamu.”
“Aku akan mengunjungimu setiap liburan semester.”
“Apa kamu sungguh-sungguh Lan?”
“Aku janji. Bukankah merpati tak ‘kan pernah ingkar janji?” Lana mencoba meyakinkanku.
Aku beranjak dari tempatku semula. Lana menghampiriku, tampaknya dia mengkhawatirkanku.
“Him, kamu baik-baik saja?”
“Lana, aku hanya butuh waktu untuk berpikir sejenak.”
“Baiklah, sebaiknya aku pulang agar kamu dapat berpikir dengan tenang.”
***
Keesokan harinya, aku menemui Lana. Aku punya cita-cita, Lana juga punya cita-cita. Jangan sampai keegoisanku menjadi penghalang untuk kesuksesan Lana.
“Lana, aku ikhlas kalau hubungan kita menjadi LDR.”
“Benar Him? Kau benar-benar Himawari-ku.”
“Aku tersadar Lan, aku tidak boleh egois. Aku akan selalu mendoakanmu, semoga cita-citamu dapat terwujud.”
“Terima kasih Him, di saat aku sukses nanti, kita akan bersama-sama mereguk manisnya pesona bunga sakura di negeri asalnya.”
“Semoga saja,” aku memeluk Lana, sekaligus melepas kepergiannya demi sebuah cita-cita mulia.
***
Satu tahun berlalu, dia masih sering mengirimiku sebuah kabar, meski hanya lewat dunia maya. Romantisme selama satu tahun ini masih terjaga. Aku juga sering mengiriminya puisi. Salah satu puisi teristimewa untuk Lana:
Aku dan kau nyata
Meski sering berjumpa di dunia maya
Aku di sini
Kau di sana
Kita sama-sama memandang cahaya rembulan
Masih di langit yang sama
Bersandar diri pada teduhnya pepohonan rindang
 ***
Tiga tahun kemudian, hubungan kita mulai renggang. Terakhir, dia memberi kabar bahwa dia baik-baik saja, tetapi dia tidak bisa sering-sering menghubungiku karena sedang menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Aku memakluminya, dan berharap dia segera kembali dengan gelar sarjana.
***
Tahun 2013, Lana tak memberi kabar sama sekali. Kami lost contact. Aku mendapat kabar dari Hesty bahwa Lana telah diwisuda. Aku turut bahagia mendengarnya.
Lana menghilang bagaikan di telan bumi. Apa yang aku takutkan akhirnya terjadi. Mana janji merpatimu, Lana? Apa mungkin aku yang terlalu bodoh, menanti seseorang yang jelas-jelas tak memperdulikanku. Kami memang tidak ditakdirkan untuk menjadi sepasang merpati.
Apakah sepahit ini obat yang harus aku telan? Mungkin ini akan membuat hatiku terasa sakit di awal, bagaikan tercabik-cabik oleh cakar yang tajam. Namun, seiring berjalannya waktu, tenagaku pasti pulih kembali menjadi sehat secara raga dan pikiran. Dan, sejauh ini, titik jenuh telah memberiku energi untuk menata hidupku kembali demi sebuah kesuksesan. Sudah cukup Lana, aku tak akan mencarimu lagi.
Sayup-sayup kudengar lagu Geisha-Lumpuhkan Ingatanku mengalun indah. Aku serasa jadi tokoh utama dalam lagu tersebut. Tuhan, lumpuhkanlah ingatanku tentang Lana, tentang sakit hati yang teramat perih ini. Biarkan kubawa perih ini sampai nafas terhenti.
***
Meski tak mudah melupakan Lana, aku harus mencoba menghapus memori-memori indah tentangnya. Aku menenggelamkan diri dalam pekerjaan, sebagai tour guide. Kebetulan saat ini aku sedang menjadi tour guide turis asal Jepang di Candi Borobudur, namanya Miyane.
Singkat cerita, Miyane memberiku tawaran untuk bekerja di Jepang, di perusahaan orangtuanya. Aku tak akan menyia-yiakan kesempatan ini. Mungkin ini jalan yang terbaik untuk move on, terlepas dari ingatan tentang Lana.
***
Di Tokyo, aku tinggal di sebuah rumah sewaan. Miyane sering mengunjungiku. Aku bekerja di perusahaan fashion milik orang tua Miyane.
Minggu pagi, Miyane mengajakku jalan-jalan berkeliling Tokyo. Di tengah perjalanan, aku berhenti. Tampaknya aku melihat Lana. Iya, dia benar-benar Lana. Dia berjalan dengan gadis Jepang yang cantik parasnya. Pandangan kami saling beradu. Bagaikan duri yang menghujam jantungku.
Lana menghampiriku. Aku berbalik dan mempercepat langkahku. Lana berlari mengejarku. Aku memang terlalu lemah, sehingga dia mampu menghentikan langkahku. Dia berdiri di hadapanku.
“Hima, ternyata kamu di Jepang juga.”
“Iya, dan kita tak ada hubungan lagi.”
“Apa kamu marah padaku, Him?”
“Tanpa aku menjawabnya, kau pasti sudah tahu jawabannya.”
“Maafkan aku Him, ini karena keadaan.”
“Dan, kamu menikmatinya ‘kan?”
“Kamu salah Him, semua berjalan dengan cepat. Setelah aku lulus kuliah, aku mendapat panggilan kerja dari salah satu perusahaan di Jepang. Maafkan aku, Him.”
“Tiada guna lagi kata maaf, itu tak akan mampu mengobati sakit hatiku.”
“Him, izinkanlah aku untuk menebusnya.”
“Lihatlah gadis Jepang itu, Lana! Jangan karena keegoisanmu, kau menyia-yiakan dia. Cukup aku yang merasakan dikhianati. Jangan kau sakiti hatinya. Pergilah, Lan, jalan kita sudah berbeda.”
Gadis Jepang itu melambaikan tangan memanggil Lana. Lana menghampiri gadis Jepang itu. Meskipun sakit, aku rela. Aku ikhlas melihat Lana bersanding dengan gadis lain. Aku harus benar-benar melupakan Lana. Cinta sejati adalah merelakan orang yang kita sayangi bahagia, meski bukan dengan kita.



[1] Aku cinta kamu
[2] Aku juga




*Yumeina says:
Cerpen ini aku ikutkan dalam sayembara di dunia maya, tapi belum rezekinya untuk lolos. Jadi, aku posting saja di blog. Untuk tokoh Miyane, aku memang benar-benar mengenalnya melalui dunia maya. Dia adalah wanita Jepang yang sering share apapun ke aku. Aku sangat senang mengenalnya, sehingga dia masuk dalam tokoh fiksi karanganku.
Selamat membaca teman-teman, jangan lupa kritik dan saran untuk kesempurnaan karyaku 
:D