Ini adalah foto saya dan kedua rekan guru di sekolah. Kami mempunyai julukan
"Milenial Teachers" Guru
adalah pekerjaan mulia yang selalu menjadi impian saya sejak kecil. Ibu saya
adalah figur seorang guru yang menginspirasi hingga kini impian saya terwujud.
Perjuangan menjadi seorang guru tidaklah mudah. Kuliah 4 tahun ditempuh untuk
meraih gelar sarjana pendidikan di bidang Bahasa Inggris. Alhamdulillah, do’a
Ayah dan Ibu mampu mengantar saya menjadi seorang guru sampai saat ini.
Pembelajaran Jarak Jauh yang
disebut dengan PJJ menjadi solusi belajar di masa pandemi. Siswa belajar di
rumah. Guru mengajar dari rumah. Guru masa kini harus menguasai teknologi
canggih seputar dunia pendidikan. Apalagi di masa sekarang, guru ‘dipaksa’
harus menguasai teknologi terkini seperti google classroom, microsoft teams,
office 365, zoom, webex, google meet dan lain-lain.
Perlahan-lahan, guru belajar hal
tersebut. Guru yang tidak mau belajar akan tertinggal. Usia rasanya bukan jadi
kendala jika ada niat dan kemauan yang kuat. If there is a will, there is a
way. Guru milenial dituntut menguasai teknologi dengan cepat, termasuk
menguasai media sosial yang kini kian merebak. Guru bisa mengawasi gerak-gerik
muridnya di media sosial. Jika ada yang kurang pantas, kita bisa saja menegur. Berkali-kali
saya menegur murid jika postingan mereka tidak pantas. Mereka harus belajar
cara berinternet sehat. Jangan sampai menyebar hoax atau membuat konten yang
tidak pantas. Bisa-bisa terjadi pelanggaran UU ITE. Hal ini yang seharusnya
disadari oleh semua pengguna media sosial. Bukan asal posting tanpa tahu
kebenarannya.
Guru milenial menurutku harus
bisa menjadi partner atau sahabat untuk murid. Sehingga murid akan bebas berpendapat
tanpa adanya rasa takut. Kita hidup di zaman demokrasi. Semua bisa berpendapat.
Lazimnya, murid belajar dari seorang guru. Faktanya, guru juga bisa belajar
dari murid tentang arti kesabaran dan arti hidup.
Alangkah indahnya jika kita punya
murid yang berwawasan luas, mandiri, selalu melakukan hal positif dan
menghormati orangtua atau guru. Terlihat fashionable
itu boleh, asal tidak melanggar norma yang berlaku.
Selain menjadi guru di sekolah,
terkadang saya juga menemukan murid-murid di sekitar saat berkomunitas di
bidang kepenulisan. Kita saling berbagi ilmu. Saat itu, saya tidak mau
dipanggil Bu Guru. Meskipun mereka tahu profesi saya sehari-hari. Namun,
nampaknya naluri seorang murid tetap terlihat yaitu murid yang menghormati
gurunya. Saya benar-benar terharu. Walaupun saya bukan guru mereka di sekolah,
mereka selalu menaruh hormat pada saya. Terlebih perilaku mereka yang tetap
sopan meskipun terkadang lebih akrab dengan jalanan dan hawa malam yang dingin.
Semoga kita tetap istiqomah menjadi guru milenial masa kini yang selalu
mengajar dengan hati.
#Day3AISEIWritingChallenge
#100katabercerita
#30hariAISEIbercerita
#AISEIWritingChallenge
#warisanAISEI
#pendidikbercerita