Lalu bagaimana sebaiknya?
Apakah harus menata hati dulu baru berhijab, ataukah berhijab dulu baru menata hati?
Apapun alasannya, segeralah berhijab, karena Allah Maha Tahu.
Bukan tanpa alasan saya menuliskan ini. Ada sebuah hal yang begitu mengejutkan. Seorang sahabat saya mulai menanggalkan hijabnya karena tuntutan kerja. Astaghfirullah. Saya benar-benar kaget, speechless. Padahal, dua hijab pashmina pemberian darinya di hari ulang tahunku, masih tersimpan rapi di lemari. Beberapa kali saya memakainya di beberapa kesempatan. Ternyata masih saja ada aturan pekerjaan yang mengharuskan karyawatinya lepas jilbab, dengan alasan demi penampilan. Padahal, menurut saya, wanita berhijab itu lebih anggun dan bersahaja.
Saya sangat senang ketika melihat pegawai-pegawai bank berhijab, polwan berhijab, atlet berhijab, dan beberapa kalangan fashionista hijab dengan tampilan yang semakin kekinian.
Jadi banyak referensi untuk gaya busana muslimah berhijab. Hal yang terpenting adalah tidak menyalahi aturan dalam berhijab, sehingga perlu dipikir lagi ketika mau mengikuti trend tertentu.
Ada trend hijab, tapi rambut di belakang terurai panjang, terlihat di balik hijab. Ada juga muslim berhijab, tetapi boncengan tiga di jalan. Ada juga yang memakai hijab, tapi lengan baju di atas siku tangan.
Nah, itu yang perlu ditata, terutama para anak-anak muda yang mengaku kekinian tapi kurang menghargai makna hijab sesungguhnya.
Ah, siapa saya, berani-beraninya membahas tentang hijab, sedangkan ilmu agama saya masih dangkal. Saya belum menjadi muslimah sejati dengan gaya berhijab syar'i. Saya masih melakukan kekhilafan dan kesalahan yang tak terhitung jumlahnya. Insya Allah proses menuju muslimah sejati, semoga dimudahkan oleh Allah.
Sekedar sharing saja, karena saya hanya sekedar tahu, belum benar-benar memahami. Saya akan banyak belajar mengenai hal itu. Jika tulisan ini ada kata-kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf. Terima kasih sudah membaca.
Selasa, 21 Juni 2016
Sabtu, 05 Maret 2016
Ide Kreatif Pejuang #ODOP
Hari ini cuaca cukup terang .
Burung-burung di awan pun terlihat menari-nari riang.
Semoga hari in diberi kemudahan
dalam beraktivitas. Terlebih lagi, harus ada komitmen menulis setiap hari. Maka
dari itu, saya join ODOP (One Day One Post) yang diprakarsai oleh Bang Syaiha.
Untuk tantangan bulan Maret ini, kami (para pejuang #ODOP) harus menulis dengan
menyertakan 4 kata kunci yaitu kopi, burung, flashdisk,
dan Presiden. Di sinilah sisi uniknya. Keempat kata tersebut secara
harfiah tak ada hubungan satu sama lain . Sehingga para pejuang #ODOP perlu
memutar otak untuk menggabungkan ke 4 kata tersebut menjadi satu bacaan.
Akhirnya muncullah ide-ide
kreatif para pejuang #ODOP untuk memenuhi tantangan itu.
Kalimat yang awalnya tidak terpikirkan
sebelumnya, menjadi logis setelah ada benang merahnya. Di situlah muncul sebuah
makna yang tak terduga. Ternyata kata-kata yang terlihat tidak ada hubungnnya
sama sekali akan mempunyai makna yang saling menyambung jika pintar mengolah
kata.
Hidup kita memang harus ada
challenge (tantangan). Sehingga hidup kita selalu ada orientasi untuk maju.
Ibarat sekolah, perlu adamya serangkaian ujian untuk naik tingkat ke jenjang
berikutnya. Kita tidak tahu seberapa pesat perkembangan hidup kita jika tidak
ada tantangan yang harus ditaklukkan. Hidup kita pasti akan terasa hambar tanpa
tantangan. Jika ada tantangan, life is never flat.
#OneDayOnePost
#SetiapHari Menulis
#Hari_keempat
Flashdisk yang Hilang
“Bukan...bukan saya Bu yang
mencurinya,” teriak Bayu dengan mengiba. Tiba-tiba satu kelas hening. Memang tidak
ada yang menuduh Bayu dalam kasus pencurian flashdisk
milik Intan. Namun, beberapa pasang mata tertuju ke arah Bayu ketika Bu Puspa
menanyakan siapa pencurinya. Serta merta Bayu mengelak dengan disertai keringat
yang bercucuran.
Kejadian hilangnya flashdisk tersebut
baru disadari setelah pelajaran Olahraga. Ketika pelajaran olahraga, para siswa
diwajibkan untuk pergi ke lapangan belakang sekolah. Saat itu sedang ada
penilaian lomba lari.
Bayu mengaku sakit perut karena
minum kopi semalam, sehingga dia memilih tinggal
di kelas. Bu Puspa berinisiatif untuk menggeledah tas para siswa untuk
menemukan pelakunya.
Intan sedari tadi menitikkan air
mata. Bella, sahabat karibnya, berusaha meredam kesedihannya dengan
menghiburnya. Harga sebuah flashdisk cukup mahal bagi Intan. Dia bukanlah anak Presiden. Dia hanyalah anak dari seorang Penjual Pakan
Burung.
Dia mampu membeli flashdisk
karena menyisihkan uang jajannya setiap hari. Dalam mata pelajaran TIK, semua
siswa diwajibkan memiliki flashdisk untuk media penyimpanan file dari komputer.
Penggeledahan tas hasilnya nihil.
Flashdisk masih belum ditemukan. Bu Puspa menggerakkan anak didiknya untuk
mencari flashdisk yang hilang itu.
Tiba-tiba ada penjaga sekolah
yang mengetuk pintu.
“Permisi Bu Puspa, saya menemukan
benda ini di kamar mandi. Saya kurang tahu ini namanya apa, bentuknya kok aneh.”
“Lha ini dia yang kita cari-cari
sedari tadi. Alhamdulillah Pak Karman menemukannya. Terima kasih Pak Karman.”
Intan menghapus air matanya.
Seisi kelas juga meminta maaf kepada Bayu karena telah menuduh Bayu sebagai
pencuri flashdisk.
#OneDayOnePost
#SetiapHariMenulis
#Maret_ke_3
#OneDayOnePost
#SetiapHariMenulis
#Maret_ke_3
Rabu, 02 Maret 2016
Bukan Filosofi Kopi
Rabu, 2 Maret 2016
Bukan Filosofi Kopi
Saya tidak bermaksud menandingi karya fenomal Dee Lestari
yang berjudul “Filosofi Kopi.” Saya bukan penikmat kopi,
apalagi harus membahas tentang kopi, bukan bidang saya.
Sebagai penikmat sastra, saya juga mengamati perkembangan
novel karya Dee. Novelnya yang telah diangkat di layar lebar adalah “Filosofi
Kopi.” Tentunya itu angin segar bagi para penikmat sastra maupun penggemar
film. Film tersebut bisa menjadi tayangan berkualitas dari mulai rakyat jelata
hingga sekelas Presiden. Sekarang, kedai kopi
yang ada di tulisan fiksi Dee juga benar-benar menjelma sebagai Kedai Kopi “Filosofi
Kopi”. Rancangan bangunannya juga dibuat semirip mungkin dengan karya fiksi
Dee. Terobosan baru bagi penggemar kopi.
Biarlah urusan “Filosofi Kopi” menjadi urusan Dee semata. Saya
mau membahas hal yang lain. Saya baru teringat kalau flashdisk
saya terselip entah ke mana. Saya mulai mencari dan mencari hingga menemukan
yang pasti. Saya mulai menulis dan terus menulis. Saya harus meluangkan waktu
sejenak untuk menulis di sela kesibukan yang begitu padat. Hampir saja saya
menyerah, tapi hati nurani saya melarangnya. Saya harus tetap menulis setiap
hari. Saya harus tetap ikutan program ODOP bersama pejuang-pejuang lainnya. Maafkan
saya jika saya kurang berkomitmen di bulan Februari. Mulai Maret ini, saya akan
berjuang untuk mengikuti setiap tantangan yang telah diberikan. Dengan begitu,
saya akan belajar banyak. Masak iya,
saya harus kalah dengan burung-burung kecil yang sedang belajar terbang. Burung-burung
tersebut dengan gigih belajar terbang agar bisa terbang ke angkasa luas. Begitu
pula dengan saya. Saya harus belajar menulis dari sekarang atau saya tidak akan
pernah mendapatkan kesempatan terbang untuk melihat dunia luar (terbang ke luar
negeri dengan pesawat terbang).
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
#Hari_2
Welcome Back to ODOP Program
Selasa, 1 Maret 2016
Kicau burung yang syahdu membangunkanku dari tidurku. Aku menyeduh secangkir kopi hangat untuk menghangatkan suasana. Sebenarnya, aku kurang suka rasa pahit dari kopi asli. Sehingga perlu ada bahan campuran bahan lain yang menjadikannya lebih bernuansa. Tak jarang, ketika aku minum kopi, perutku serasa teriak. Perutku mulai bermasalah seketika itu juga.
Kicau burung yang syahdu membangunkanku dari tidurku. Aku menyeduh secangkir kopi hangat untuk menghangatkan suasana. Sebenarnya, aku kurang suka rasa pahit dari kopi asli. Sehingga perlu ada bahan campuran bahan lain yang menjadikannya lebih bernuansa. Tak jarang, ketika aku minum kopi, perutku serasa teriak. Perutku mulai bermasalah seketika itu juga.
Ada teman-teman saya yang penyuka
kopi. Mereka bilang mereka lebih senang menikmati kopi hitam yang asli (tanpa gula, tanpa susu, tanpa cream, dll) . Dan,
mereka melalui dengan aman-aman saja (tanpa perut sakit). Mungkin saja perutnya
sudah mulai bersahabat.
Oke, sedikit dulu sharingnya
tentang kopi. Aku bukan orang yang ahli dalam pembahasan tentang kopi. Kemarin Minggu, saya menonton tayangan Mata Najwa
di Metro TV. Sebenarnya itu adalah tayangan ulang dari malam sebelumnya. Pada saat
itu, bintang tamunya adalah dua putra Presiden
Jokowi, yaitu Kaesang Pangarep dan Gibran. Mereka sangat low profile. Sungguh
mirip sekali dengan karakteristik Pak Jokowi. Penampilan mereka juga sederhana
tapi bersahaja. Mereka kreatif. Sang Kakak, Gibran, mempunyai wirausaha
catering, sedari Martabak Markobar sampai paket catering yang diberi nama Cili Pari
. Sang Adik, Kaesang masih kuliah di Singapura. Kedua anak Pak Jokowi sudah
memegang prinsip yang teguh, mereka tidak mau terjun ke dunia politik seperti
ayahnya. Kata Gibran, “Yang jadi presiden kan Ayah saya, sedangkan saya hanya
anak biasa.” Benar sekali, Indonesia bukanlah kerajaan yang dipimpin secara
turun temurun oleh satu keluarga. Hal itu pernah dialami Indonesia pada zaman
orde lama. Segala asset negara dikuasai oleh satu penguasa beserta dengan
keturunannya. Alhamdulillah, karakteristik presiden yang sekarang tampaknya
berbeda dengan presiden-presiden berikutnya. Semoga Indonesia lebih baik. Memang
sudah seperti itu seharusnya.
Kehidupan itu jangan seperti
flashdisk. Seumpama flashdisk itu muat 18 giga, maka orang-orang akan
mengisinya dengan file hingga penuh. Seumpama
kita punya jabatan tinggi, kita punya kesempatan yang bagus untuk memasukkan
kerabat atau keluarga kita untuk menduduki posisi penting. Itulah pemikiran
yang salah. Ujung-ujungnya KKN. Masihkan para pelaku KKN bisa bernapan di Era
Presiden Jokowi?
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
#Hari_1
Rabu, 03 Februari 2016
Gerimis adalah Anugerah
Hari Minggu, (31 Januari 2016) gerimis mengguyur desaku dengan
jangka waktu yang relatif lama. Padahal, di hari Minggu, murid-muridku ada les.
Sehinga mereka tidak bisa menghadiri les dan les diganti menjadi Minggu malam.
Itu pun masih gerimis rintik-rintik.
Semangat mereka untuk belajar sungguh luar
biasa. Tak ada binar mengeluh di wajah mereka. Hanya ada riang karena bisa
bermain dengan kawan. Selain belajar perlajaran, mereka juga membaca di taman
baca yang masih sangat sederhana. Masih rintisan taman baca. Koleksinya juga
lumayan banyak, tapi untuk bacaan anak masih kurang. Kebanyakan novel , puisi,
cerita pendek tentang remaja. Ada juga beberapa buku penunjang pelajaran yang
bisa digunakan untuk belajar.
Ada satu murid yang sangat istimewa, namanya Rizal. Dia ikut lomba
murid berprestasi di tingkat Kecamatan Margorejo. Dia masih duduk di bangku
kelas 5 SD, tapi dia sudah bisa memahami pelajaran setingkat kelas 6 SD. Dia juga
rajin mengaji. Suaranya sangat merdu sekali ketika membaca Al-Quran. Dia juga
tergabung dengan grup rebana di sekolahnya. Dia sudah beberapa kali ikut perlombaan
rebana bersama timnya.
Tampaknya, aku perlu menceritakan profil murid-muridku. Mereka semua
unik karena mempunyai ciri khas yang tersendiri. Mengajar mereka adalah sebuah
anugerah untukku. Seperti gerimis tadi yang menjadi anugerah bagi setiap makhluk Allah.Terima kasih sudah membaca sepenggal kisahku ini.
#Bimbel Julia Pintar
#Februari_Membara
#First_Day
Senin, 01 Februari 2016
Diam ini Bukan Drama
Sungguh
Diam ini bukan inginku
Namun, bibir ini terlalu kelu
Meski hanya sekedar bilang 'aku'
Bukan pembelaan yang terucap
karena ini bukanlah drama
Ini realita
Seperti ada sosok lain di dalam raga
Ini memang bukan inginku
Sungguh....
Tak ada unsur kesengajaan
Apalagi unsur paksaan
Ini hanya ujian
Ketika ujian datang melanda
Kemana lagi aku akan mengadu?
Hanya Allah semata
yang senantiasa memberi pencerahan dalam setiap langkah
#Hari Senin yang cukup Mendung
#Pati, 1 Februari 2016
#Yuumeina Ryuri
#ODOP hari kelimabelas
Jumat, 29 Januari 2016
Bukan Sekedar Mengajar
Pekerjaan seorang guru adalah pekerjaan yang sangat mulia di muka bumi ini. Iya, kita semua pasti tahu jika kita bisa menjadi orang yang pintar berkat jasa seorang guru. Rasanya tak salah jika seorang guru mendapat julukan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Apa saja tugas seorang guru?
Di sini akan saya ulas tugas guru versi Yuumeina Ryuri :
1. Mencerdaskan anak bangsa
2. Mengajarkan budi pekerti kepada siswa.
3. Memberikan suri tauladan kepada siswa.
4. Menjadi seorang figur pemimipin.
5. Menjadi sosok yang inspiratif bagi siswa.
6. Menjadi sahabat jiwa ketika gundah gulana.
dan masih banyak lagi tugas guru yang lainnya.
Jadi, di sini saya tegaskan bahwa tugas guru bukan hanya mengajar.
Masih banyak tugas dari A sampai Z yang memang sudah seharusnya menjadi satu paket "job list' seorang guru.
Ya, kesimpulannya adalah :
Jadilah guru yang tidak sekedar mengajar, karena itu terlalu mainstream, dunia ini butuh sesuatu yang anti mainstream....
Do you agree???
Silakan sharing di sini Wahai Para Guru di seluruh dunia :D
#ODOP hari Keempatbelas
Apa saja tugas seorang guru?
Di sini akan saya ulas tugas guru versi Yuumeina Ryuri :
1. Mencerdaskan anak bangsa
2. Mengajarkan budi pekerti kepada siswa.
3. Memberikan suri tauladan kepada siswa.
4. Menjadi seorang figur pemimipin.
5. Menjadi sosok yang inspiratif bagi siswa.
6. Menjadi sahabat jiwa ketika gundah gulana.
dan masih banyak lagi tugas guru yang lainnya.
Jadi, di sini saya tegaskan bahwa tugas guru bukan hanya mengajar.
Masih banyak tugas dari A sampai Z yang memang sudah seharusnya menjadi satu paket "job list' seorang guru.
Ya, kesimpulannya adalah :
Jadilah guru yang tidak sekedar mengajar, karena itu terlalu mainstream, dunia ini butuh sesuatu yang anti mainstream....
Do you agree???
Silakan sharing di sini Wahai Para Guru di seluruh dunia :D
#ODOP hari Keempatbelas
Kamis, 28 Januari 2016
Weekend: Back to the Nature
Pada hari Minggu pagi, agenda saya dan murid-murid les saya adalah jalan-jalan mengelilingi desa. Sewaktu-waktu, kami juga ada agenda bersepeda keliling desa.
Melihat hamparan sawah yang hijau benar-benar menyejukkan mata. Maklum, setiap harinya pasti pergi ke kota untuk mencari nafkah. Polusi udara tak dapat dihindari.
Aku sangat bersyukur bisa menikmati keindahan alam di desa yang masih asri, belum ada polusi. Zaman dulu masih sering main di sawah. Maklum, kakek saya adalah seorang petani. Jadi, sering ikut turut serta ke sawah, terutama saat jaga padi yang sudah menguning dari amukan burung-burung.
Kesibukan sehari-hari bukanlah alasan untuk kita mengabaikan alam sekitar. Tetaplah bersyukur bisa menikmati sawah nan hijau di tengah maraknya bangunan-bangunan semen yang semakin menggusur keberadaan sawah.
Jangan lupa bahagia...
Jangan lupa bersyukur...
Hidup ini indah ......
#ODOP
#HariKetigabelas
Melihat hamparan sawah yang hijau benar-benar menyejukkan mata. Maklum, setiap harinya pasti pergi ke kota untuk mencari nafkah. Polusi udara tak dapat dihindari.
Aku sangat bersyukur bisa menikmati keindahan alam di desa yang masih asri, belum ada polusi. Zaman dulu masih sering main di sawah. Maklum, kakek saya adalah seorang petani. Jadi, sering ikut turut serta ke sawah, terutama saat jaga padi yang sudah menguning dari amukan burung-burung.
Kesibukan sehari-hari bukanlah alasan untuk kita mengabaikan alam sekitar. Tetaplah bersyukur bisa menikmati sawah nan hijau di tengah maraknya bangunan-bangunan semen yang semakin menggusur keberadaan sawah.
Jangan lupa bahagia...
Jangan lupa bersyukur...
Hidup ini indah ......
#ODOP
#HariKetigabelas
Bincang Literasi bersama Mbah Puji
Mbah Puji memperkenalkan Majalah Sastra Omah Singgah (majalah sastra asli Pati)
sumber gambar:
https://www.facebook.com/harianpati/photos/a.854748621230945.1073741827.854181044621036/1009101879128951/?type=3&theater
Kalau bicara tentang literasi, tampaknya tak akan habis jika dibahas hanya satu jam saja. Kemarin (27 Januari 2016), saya dan Mbak Ninik berkunjung ke rumah salah satu sastrawan dari kota Pati yang bernama Mbah Puji. Tampak rumah yang berlatarkan buku-buku dari berbagai macam genre. Sebenarnya sudah lama aku ingin berkunjung ke rumah Mbah Puji, tapi karena berbagai alasan, kunjungan belum terlaksana. Akhirnya, hari ini aku berhasil mewujudkannya (mungkin karena wasiat seseorang juga)
Tercium aroma kopi yang diseduh dengan air panas. Beberapa teman pecinta sastra juga terlibat dalam obrolan hangat. Kebetulan saya tidak begitu suka kopi, jadi teh hangat menjadi suguhan alternatif.
Berkecimpung di dunia literasi merupakan sebuah passion bagi diriku. Apalagi, bertemu dengan teman yang sehobi, rasanya seperti menemukan harta karun yang sudah lama terpendam (ribuan tahun).
Mulai sekarang, aku harus semakin banyak belajar tentang dunia literasi. Belajar tak hanya melalui pendidikan formal. Bincang-bincang sastra juga bisa menambah wawasan tentang dunia literasi, dan yang pasti akan tambah teman.
STOP berpangku tangan...!!!
Do Action Now.....!!!!!
Yuumeina Ryuri ( a writer wanna be)
#ODOP
#HariKeduabelas
Selasa, 26 Januari 2016
Literature Trip @ Rembang City
Pada Hari Minggu pagi, kami turut serta dalam layanan baca gratis di Alun-Alun Rembang. Minat baca masyarakat Rembang lumayan tinggi. Tampak beberapa orang sedang khusyuk membaca. Koleksi juga boleh dipinjam untuk dibaca di rumah.
Mobil layanan baca gratis ini disponsori oleh Yayasan Pengembangan Perpustakaaan Indonesia (YPPI) beserta dukungan dari pemerintah setempat.
Selain itu, ada juga permainan tradisional egrang. Bagi saya, permainan ini sangat sulit. Namun, saya sangat salut terhadap minat orang-orang di sana. Terlihat ada beberapa orang yang mahir bermain egrang.
Wah, ada permainan hollahoop juga. Anak-anak kecil sangat antusias bermain holla hoop. Meskipun awalnya agak mendung, suasana di Alun-Alun Rembang saat itu sangat ramai.
Senang rasanya bertemu dengan teman-teman baru di bidang literasi. Menjadi energi tersendiri untukku agar bisa mengembangkan literasi di kota sendiri.
Bismillahirrahmannirrahim :D
#ODOP
#HariKesebelas
Kamis, 21 Januari 2016
Senandung Nada Cintaku
Sekian lama melodi cintaku tak pernah mengalun
Simphoni cintaku pun enggan bernyanyi
Piano hati tak lagi mengeluarkan bunyi-bunyi yang indah
Gitar jiwa pun tak lagi berirama ceria
Ku coba menabuh genderang cinta
Tapi apa yang aku dapat ???
Genderang murung mengandung nestapa
Ku mulai berfikir sejenak tentang keselarasan nada
Apakah aku mampu menari
Bila senandung nada cintaku mulai tak bergeming
Meninggalkan sajak-sajak lagu yang hanya untuk dikenang
Tanpa ada niat tuk menata kembali harmoni yang tlah lelah
Sgala daya upaya kulakukan tuk bangkitkan gelora nada
Termasuk menyatukan not-not balok yang tak beraturan
Hingga terajut lagu indah yang mengesankan jiwa
Pati, 13 Februari 2010
Yuumei says:
Puisi di atas termasuk puisi latepost. Puisi saya di atas juga pernah dipentaskan oleh murid saya dalam pembukaan performance Teater Dewa Ruji di sekolah.
#ODOP
#HariKesepuluh
Hujan di Kala Senja
Rintik hujan mulai berpawai menyapa
rerumputan kering
Mendendangkan suara alam yang bersuka
cita
Tak heran senja di ufuk barat kembali
beradu kasih dengan
sang rembulan
Di sini, di kota ini
Aku menikmati suara hujan denganmu
Di teras depan rumah tanpa ilalang
Kita mulai bicara tentang kehidupan
Semua mengalir seperti rintik air hujan
Meski rumah ini tak berpagar ilalang
Tak akan berani sang kumbang mendekati
sang bunga
Karena hadirmu sungguh nyata
sebagai penjaga bunga yang mulai
bermekaran
Pati, 21 Januari 2016
sumber gambar: www.gen22.net
#ODOP
#HariKesembilan
Rabu, 20 Januari 2016
Majalah Sastra Omah Singgah (Majalah dari Kota Pati)
Sebuah gebrakan baru kini hadir di dunia literasi Pati. Sebuah majalah bertajuk "Majalah Sastra Omah Singgah" telah lahir meramaikan dunia sastra di Pati. Majalah ini diprakarsai oleh Dewan Kesenian Pati (DKP), dengan pimpinan Redaksi Khoirum Ni'am, yang juga berprofesi sebagai seorang penulis.
Bagaikan angin segar di padang gersang, kemunculannya sangat dinantikan oleh para pengagum sastra. Pada majalah edisi Desember 2015, mengambil tema dunia Pandora.
"Sastra ibarat dunia pandora, dunia keniscayaan." Puji Pistols, penyair dan sastrawan dari Kota Pati.
Alhamdulillah, cerpen saya yang berjudul "Bukan Janji Merpati" telah dimuat dalam majalah tersebut. Selain itu, ada juga puisi, esai, catatan kebudayaan, proses kreatif seniman, resensi buku dan juga ruang refleksi.
Saya juga mulai memperkenalkan dunia sastra kepada murid-murid saya. Mereka sangat antusias untuk membaca majalah tersebut. Saya rasa itu akan menjadi awal yang baik bagi dunia literasi Pati yang semakin menggeliat menunjukkan taringnya.
Suatu ketika, di kala jam istirahat tiba, mereka mulai buka suara tentang karya saya.
"Miss, ending ceritanya keren banget, pengen baca karya Miss J yang lain."
"Wow, really?" Saya merasa tersanjung dan agak sedikit tidak percaya.
Iya, kalau di sekolah, panggilan kebesaran saya adalah Miss J karena saya mengampu pelajaran Bahasa Inggris. Mereka memang murid-murid kebanggaan saya.
Cukup sekian ulasan tentang majalah ini. Semoga edisi selanjutnya lebih menarik untuk dibaca khalayak ramai.
Selamat membaca.
#ODOP
#HariKedelapan
Selasa, 19 Januari 2016
Apa Arti Nama Yuumeina Ryuri?
Tak kenal maka tak sayang. Izinkan saya berkenalan secara sederhana. Nama pena saya adalah Yuumeina Ryuri. Alamat: Pati , Jawa Tengah .
Banyak sekali yang bertanya-tanya tentang nama saya yang satu itu. Apa saya keturunan Jepang?
Sama sekali bukan. Saya orang Jawa tulen lhoo....
Jadi awalnya saya bingung untuk menentukan nama pena. Sebagai penulis pemula, nama pena itu sangat penting sebagai image awal seorang penulis.
Yuumeina Ryuri --->
Yuumei= terkenal
-na = akhiran dari kata sifat (na-keiyoishi) jadi saya sertakan sekalian
Ryuri= R (Rindha), Yuri (Julia--> jadi Ryuri)
Yume= mimpi (bisa juga diambil kata Yume)
Jadi, arti dari nama saya adalah :
Seorang gadis yang bernama Rindha Julia yang bercita-cita untuk jadi penulis yang terkenal.
#Amin
Namun, di dunia maya, nama saya juga berubah-ubah. Ada juga yang manggil "Yumi', "Yummy" (emang makanan #lol?)
So, semoga sekarang sudah banyak yang kenal sama saya, terlebih lagi dengan nama pena saya.
Sudah mulai terbiasa dengan panggilan "Yuumei".
Di facebook saya, ada juga rubrik "Selintas Cerita Yuumei" yang menceritakan tentang kisah Yuumei sehari-hari. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi pembaca.
Thanks.
Arigatou gozaimasu.
#ODOP
#HariKetujuh
Senin, 18 Januari 2016
Apakah Kesempatan itu Masih Ada ???
Merenung
tentang pengalaman yang terlewati sudah
Pahit
manis kehidupan sudah menjadi kawan
Tersenyum
simpul sendiri di tengah kesunyian malam
Jam
dinding pun terheran,
melihatku yang terlihat tak normal
Tapi
sudahlah,
Mungkin
aku telah terpengaruh dunia luar yang nyaris membuatku lupa
Lupa
bersyukur kepada Sang Pencipta
Tapi
semua salah,
Aku
bersyukur sambil menyunggingkan senyum terindah
Apakah
itu salah ???
Tiba-tiba
tangisku pecah,
Mungkin
aku terlalu pongah
Prinsipku
terlalu lengah
Kini
kusadari
Aku terlalu
larut dalam dunia gemerlap hingga tak punya pedoman
Ya Allah,
apakah kesempatan itu masih ada ?
Kesempatan
untuk memperbaiki akhlak
Bagi
hamba-Mu yang kadang terlupa menunaikan kewajibannya
Pati, 5 Agustus
2011
Yuumei says:
Puisi saya di atas termasuk latepost karena sudah ada di laptop saya sejak 5 Agustus 2011. Tahun 2011 adalah tahunbersejarah bagi saya, karena tahun tersebut, karya pertama saya publish secara antologi dengan karya dari teman-teman kampus. Mungkin, perjalanan saya menjadi seorang penulis pantas untuk dibuat cerita. Bismillah, next project.
Sumber gambar: https://pengayuhkereta.wordpress.com/
#ODOP
#HariKeenam
Jumat, 15 Januari 2016
Aku Bahagia karena Aku Istimewa (Teruntuk Teman-Teman Difabel)
Meski tak bisa melihat indah dunia,
aku bahagia
karena aku bisa melihat hingar-bingar
dunia dengan hati dan jiwa
Meski tak mendengar kicauan burung saat
terbit sang surya,
aku bahagia
karena aku hanya mendengarkan suara hatiku
sebagai pedoman untuk melangkah
Meski jari jemari tak dapat mengenggam
seutas benang emas,
aku bahagia
karena aku akan mengenggam dunia dengan
ide-ide yang cerdas
Meski tak dapat berlari kencang mengejar
layang-layang
aku bahagia
karena aku pasti mengejar impianku
dengan bakat yang kupunya
Meski tak dapat menyuarakan lagu-lagu
harmonis sesuai nada,
aku bahagia
karena aku dapat menyuarakan semangatku
melalui karya-karya yang belum pernah ada
Meski aku tak dapat menutupi
kekuranganku dengan selembar kain dari kapas,
aku bahagia
karena aku istimewa
Yuumei says:
Puisi ini tercipta teruntuk teman-teman difabel di seluruh dunia. Kalian tercipta istimewa, jangan pernah patah semangat untuk menggapai cita. Tetaplah jadi pribadi yang selalu bersyukur.
#ODOP
#OneDayOne Post
#HariKelima
Kamis, 14 Januari 2016
RIVAL
Hakikat manusia memang diciptakan sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial, membutuhkan orang
lain untuk hidup. Umumnya orang lain yang berada di sekitar kita mendapat
sebutan sebagai tetangga. Ketika mendengar kata tetangga, pasti muncul banyak
persepsi. Ada hal yang menyenangkan dan ada hal yang menyedihkan. Itu wajar.
Masalah demi masalah juga tercipta
sebagai bumbu kehidupan. Saling menghormati dan toleransi satu sama lain adalah
kunci keberhasilan untuk menciptakan atmosfer bertetangga yang baik. Lalu
bagaimana apabila kita menghadapi tetangga yang sangat menjengkelkan? Apa yang
akan kita lakukan? Simak saja kisahku dari awal sampai akhir.
Awalnya, aku dan Amy berteman dengan
baik. Masa-masa kecil dilalui bersama. Kami sering main boneka bersama,
kejar-kejaran hingga main pasar-pasaran. Semua terlihat natural seperti kehendak Yang Maha Kuasa. Di masa kanak-kanak, kami
tumbuh menjadi anak yang aktif dan berkembang.
Kami sama-sama dilahirkan oleh
seorang ibu dengan profesi yang sangat mulia, yaitu guru. Kebetulan, ibu kami
adalah tenaga pengajar di sekolah yang sama. Ibuku sempat cuti selama beberapa
tahun karena kelahiranku. Namun, beberapa tahun kemudian, ibuku aktif kembali
menjadi tenaga pengajar sampai sekarang.
Kami sama-sama tumbuh menjadi gadis
yang dewasa. Umur kami terpaut satu tahun. Bukanlah selisih usia yang menjadi
rintangan, tetapi perbedaan karakter masing-masing yang selalu menjadi kendala.
Seiring berjalannya waktu, aroma persaingan mulai tercium. Terlebih persaingan
prestasi belajar di sekolah. Alhamdulillah prestasiku di sekolah sangat
gemilang. Aku sering sekali menjadi juara kelas. Aku dan Amy berbeda sekolah.
Kami berjuang masing-masing.
Semakin dewasa, persaingan
benar-benar dimulai. Waktu itu, tiba saatnya aku memasuki SMP. Dia lebih dulu
masuk SMP karena dia lebih tua dari aku. Aku berjuang agar mendapatkan SMP
favorit. Piagam-piagam semasa SD juga diikutsertakan. Alhamdulillah aku
berhasil menjadi siswa di SMP favorit.
Sejak SMP itulah, perang dingin
berkecamuk. Aku dan Amy tetap bertegur sapa dan saling melempar senyuman.
Namun, itu hanya di luar saja, hati sudah berkata lain. Aku harus lebih bersinar dibandingkan dengan Amy. Aku juga yakin
bahwa dalam hatinya, dia berfikir, “Aku
harus mengalahkan Kayla.”
Hal itu sering terjadi karena adanya
tindakan membanding-bandingkan dari orang tua kami. Status sosial
dipertaruhkan. Memang dia berasal dari keluarga kaya. Apa itu cukup menjamin
keberhasilan seseorang? Orangtuanya juga termasuk golongan yang berhasil, tetapi
sombong.
Aku selalu menitikkan air mata
ketika teringat nasihat ibuku, “Meski ibu hanya mempunyai pendidikan rata-rata,
aku ikhlas. Teruskan perjuanganku, Nak. Jadilah, orang yang lebih sukses daripada
ibu. Meskipun kita hidup sederhana, Allah telah menitipkan kecerdasan kepada
anak-anak ibu. Itu merupakan modal yang cukup untuk menuju gerbang
keberhasilan.”
Melalui nasihat itu, aku mempunyai cita-cita
untuk menjadi seorang guru. Aku rasa semua keinginan ibu sama, yaitu memberikan
yang terbaik untuk anaknya. Ibu Amy juga menginginkan Amy untuk menjadi guru.
Dia menolaknya. Aku mengerti perasaan ibunya ketika tidak ada lagi penerus
sebagai pejuang pendidikan. Amy lebih memilih profesi sebagai perawat. Aku
yakin itu adalah pilihan yang terbaik.
Amy menjadi pribadi yang cantik
jelita. Aku hanya itik buruk rupa yang bermimpi
untuk suatu saat nanti berubah menjadi angsa
putih. Dia mempunyai tubuh proporsional. Soal fashion, dia memang ratunya. Namun soal akademik, aku juaranya. Tak
heran, dia memandangku dengan sebelah mata. Aku hanya bersabar, mencoba
tersenyum ketika bertemu dengannya. Dia juga membalas. Padahal kami juga tahu,
bahwa senyum ini hanyalah sebagian dari sandiwara kehidupan.
Kini, kami menjalani hidup
masing-masing. Aroma persaingan sudah tidak tercium. Kami sudah dewasa. Kami sudah tahu mana yang benar dan mana yang
salah. Persaingan tak ada gunanya lagi. Kami berdiri di atas kaki kami sendiri.
Kami memang mempunyai misi yang berbeda, tetapi sama-sama berusaha dengan
sekuat tenaga untuk mewujudkannya.
Akhir-akhir ini, aku mendengar kabar
bahwa dia telah lulus dalam pendidikan keperawatan dan menjadi perawat yang terampil. Sedangkan, aku
masih berjuang di bangku kuliah untuk menjadi guru yang profesional. Hubungan
kami terjalin lagi. Rasa iri, dengki, dan dendam telah musnah. Aku juga
mendengar bahwa dia akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Aku akan
hadir, bukan sebagai rival, tetapi sebagai teman yang ikut berbahagia atas
pernikahannya.
Seseorang yang dahulu menjadi rival
atau musuh dalam selimut, kini kembali menjadi teman. Terima kasih rivalku.
Berkat dirimu, aku menjadi lebih terpacu untuk maju hingga sampai tahap ini.
Kini, tiada lagi rival. Meskipun tak dapat kupungkiri aku rindu aroma
persaingan zaman dahulu. Itu hanya masa lalu. Akhirnya perdamaian tercipta
antara aku dan Amy. Semua indah pada waktunya sesuai dengan skenario Sang
Pencipta. Percayalah.
#OneDayOnePost
#HariKeempat
https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://lh5.ggpht.com/-UdiYmSVUEjY/TeC_Hi1SRUI/AAAAAAAAAOM/cXvPgxopM2k/teman%2525252520ataukah%2525252520sahabat_thumb%252525255B1%252525255D.jpg%253Fimgmax%253D800&imgrefurl=http://aimexpressblog.blogspot.com/2013/03/friend-or-foe-teman-ataukah-sahabat_29.html&h=352&w=468&tbnid=fnnPEYEhSl57FM:&docid=aV-He9arwxv6lM&ei=IP2WVoXsKNTnuQSalI74CQ&tbm=isch&ved=0ahUKEwiF_K6_lqjKAhXUc44KHRqKA58QMwh2KFEwUQ
Rabu, 13 Januari 2016
Potret Seorang Guru #OneDayOnePost #HariKetiga
Ayla Cleopatra adalah sesosok gadis berambut
keriting dan mempunyai pipi yang chubby.
Dia masih berumur lima tahun. Sayangnya, dia sudah ditakdirkan sebagai anak
yatim piatu. Kini, dia tinggal di rumah Bibi Lea. Meskipun hidup sebatang kara,
Ayla tidak kekurangan kasih sayang. Bibi Lea sudah menganggap Ayla sebagai
anaknya sendiri. Ayla menikmati masa kecilnya dengan penuh kebahagiaan.
Ayla masih sering menanyakan orangtuanya. Maklum,
dia menjadi yatim piatu sejak umur 3 tahun. Bibi Lea menjelaskan yang
sebenarnya. Orangtua Ayla sudah damai di surga.
***
Menginjak usia 16 tahun, Ayla mulai bertanya-tanya
tentang arti namanya, kenapa ada nama Cleopatra? Setelah banyak membaca, Ayla
mengetahui bahwa Cleopatra adalah Ratu Mesir yang sangat cantik. Apakah dia akan secantik Ratu
Cleopatra? Dia memandang cermin, ada pantulan bayangan dirinya. Benar, dia
mewarisi mata indah ibunya.
“Berarti aku adalah titisan seorang Ratu Mesir,” gumamnya dalam harap.
***
Ayla bergegas berangkat ke sekolah. Dia harus
berjalan kaki menuju sekolahnya. Cukup menguras tenaga. Di tengah perjalanan,
ada mobil yang berhenti, ternyata Sonya, teman Ayla di sekolah.
“Ay, ayo bareng sama aku saja.”
“Terima kasih, Sonya. Aku jalan kaki saja.”
“Sudahlah Ay, ini sudah hampir jam 07.00, nanti kamu
telat.”
“Baiklah,
terima kasih Sonya,” Ayla tersenyum manis.
Ayla belum pernah naik mobil semewah ini. Pantas
saja, Sonya berasal dari kalangan elite. Naik mobil mewah merupakan rutinitas setiap hari.
Namun, Sonya tetap rendah hati.
Akhirnya, mereka tiba di sekolah bersama-sama.
Ayla masuk kelas, Bu Guru meminta siswa-siswa untuk
mengumpulkan PR. Dia membuka tas, dia yakin telah mengerjakannya. Namun, buku
PR tersebut tidak ada di tas. Apa jangan-jangan tertinggal di rumah?
Ayla dihukum untuk berdiri di bawah tiang bendera.
Tiba-tiba langit mendung, hujan pun turun. Hukuman belum usai. Dia kehujanan.
Dia hampir pingsan.
Saat Ayla merasa dunia sedang berputar-putar, ada
seorang laki-laki bernama Arman memayungi Ayla dengan payung warna biru. Arman adalah anak
penjaga sekolah. Usianya sekitar 17 tahun. Arman membawa Ayla berteduh di
kantin.
“Kamu tak apa?” tanya Arman sambil memberikan
secangkir teh hangat.
“Iya Kak, aku tidak apa-apa. Terima kasih, Kak.”
“Guru itu sangat keterlaluan. Aku harus
melaporkannya ke Kepala Sekolah.”
“Tidak usah, Kak. Aku pantas mendapatkannya.”
“Ini tetap saja melanggar HAM.”
“Apa Kakak tidak melanjutkan
sekolah?”
“Buat apa aku sekolah? Hanya menambah beban orang
tua saja. Ijazah SMP sudah
cukup bagiku.”
“Namun, kita harus belajar.”
“Iya, belajar bisa dari mana saja, aku belajar
dari pengalaman hidup. Dunia pendidikan itu kejam.”
“Jangan berkata seperti itu Kak,”
“Buktinya kamu diperlakukan sewenang-wenang oleh
oknum pendidikan. Apa menghukum anak didik berdiri di depan tiang bendera, dan
membiarkan hujan turun menyapa tubuhmu, adalah termasuk pendidikan?”
“Itu memang salahku.”
“Jangan tanya siapa yang salah, guru juga selalu
punya alasan untuk selalu menjadi benar.”
“Maaf Kak, sekarang Kakak sudah kerja?”
“Iya, selain membantu ayah di sini, aku juga menjadi
penjaga warnet.”
“Sedari tadi kita belum kenalan ya, namaku Ayla.”
“Oh, ya…namaku Arman.”
***
Sepulang sekolah, Ayla merenung. Dia masih beruntung
karena memiliki Bibi yang akan menanggung biaya pendidikannya sampai ke jenjang
SMA. Sedangkan untuk perguruan tinggi, dia harus mencari beasiswa. Maklum, Bibi
Lea juga mempunyai tiga anak yang mempunyai hak pendidikan yang sama juga.
Kenapa Kak Arman begitu anti terhadap pendidikan?
Apa ada yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia? Ayla harus bertanya
kepada seseorang. Ya, Pak Badrun. Dia adalah guru favorit Ayla di kala SMP. Rasanya sudah bertahun-tahun,
Ayla tidak bertemu
dengan Pak Badrun. Sore ini, Ayla akan mengunjungi Pak
Badrun.
***
“Permisi Pak, bolehkah Ayla masuk?”
“Ya, tentu saja Ayla.
Apa kabar?”
“Alhamdulillah, baik Pak. Bagaimana dengan kabar Bapak?”
“Seperti yang kamu lihat. Meski rambut Bapak berwarna
putih, tapi jasmani masih sehat wal’afiat.”
“Pak, maaf
ada yang hal yang harus saya tanyakan.”
“Ya, silakan.”
“Kenapa ada orang yang berpandangan negatif terhadap
dunia pendidikan?”
“ Itu tergantung individu, Ayla. Setiap orang punya cara pandang tersendiri.”
“Apa karena dunia pendidikan itu kejam?”
“Ay, kenapa kamu berkata seperti itu?”
“Temanku berkata seperti itu, Pak.”
“Apa kamu memandang Bapak sebagai pribadi yang
kejam?”
“Bapak adalah sosok guru yang teladan. Bapak adalah salah satu guru favorit saya. ”
“Itulah, masih banyak guru yang pantas dijadikan
sebagai teladan. Kamu tahu perbedaan Guru Bangsa dan Guru Bangsa?”
“Tidak Pak,”
Ayla menggeleng.
“Tidak setiap Guru Besar bisa menjadi Guru Bangsa.
Contoh Guru Bangsa adalah Gusdur, Pak Habibie, Bung Karno, Ki Hajar Dewantara,
dan masih banyak yang lainnya. Mereka mengajarkan ilmu tidak secara formal di
sekolah. Mereka mengajarkan ilmu di mana saja, tak pandang anak pejabat atau
anak petani melarat. Mereka mengajarkan
ilmu melalui sifat-sifat mulia yang pantas dijadikan teladan bagi warga Indonesia. Perjuangan mereka ikhlas demi mengantar
Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat di mata dunia. Jadi,
apa sekarang kamu sudah paham?”
“Sekarang saya
mengerti Pak. Terima kasih penjelasannya. Penjelasan
Bapak kali ini benar-benar memberi pencerahan untuk saya. Restuilah langkah saya
untuk menggapai impian menjadi guru yang dapat menjadi teladan bagi
murid-muridnya. Saya permisi pulang. Pak.”
“Semoga sukses, Ayla, dan tetaplah rendah hati,” nasihat
Pak Badrun, sembari mengantar sampai ke depan pintu.
***
Sekarang
Ayla mengerti. Dunia pendidikan tak
selamanya muram, tergantung sudut pandang masing-masing individu. Mungkin peraturan di sekolah lebih ketat,
sehingga menuntut guru-guru untuk bersikap tegas. Guru juga harus punya wibawa,
agar dihormati oleh murid-muridnya. Walaupun kita mengenal ada sosok guru yang
tegas, itu bukan berarti galak atau kejam. Itu mungkin cara yang terbaik, agar
murid-murid tidak manja dan patuh terhadap
peraturan.
Namun, di balik sikap tegasnya tersebut, tersimpan
pribadi yang lembut dan bersahaja. Guru selalu berdo’a agar murid-muridnya
menjadi pintar, layaknya do’a orangtua kepada anaknya sendiri.
Ayla sudah membulatkan tekad. Dia bercita-cita
menjadi seorang guru. Dia akan rajin belajar dari sekarang Dia ingin berjuang di jalur pendidikan. Dia
ingin menjadi guru yang disayangi, bukan guru yang ditakuti.
Biodata Penulis:
Yumeina Ryuri
terlahir di Pati, Jawa Tengah pada tanggal 13 Juli 1991. Gadis yang punya hobi
membaca dan menulis ini, mempunyai nama asli Rindha Julia. Aktif dalam
kepengurusan FLP Pati. Saat ini, dia
menjadi Pengajar Bahasa Inggris di sebuah sekolah di Pati.Yumei
bercita-cita untuk menjadi penulis dan pendidik yang profesional. Karya Yumei
telah tergabung di beberapa antologi. Yumei dapat dihubungi melalui facebook: Rinz Yumei-na Ryuri, twitter: @YumeinaRyuri atau melalui email dengan alamat: rinz_ryuri@yahoo.com
(Ditunggu kripik (kritik dan saran) pedasnya yaaa.....!!! )
Langganan:
Postingan (Atom)