Selasa, 1 Maret 2016
Kicau burung yang syahdu membangunkanku dari tidurku. Aku menyeduh secangkir kopi hangat untuk menghangatkan suasana. Sebenarnya, aku kurang suka rasa pahit dari kopi asli. Sehingga perlu ada bahan campuran bahan lain yang menjadikannya lebih bernuansa. Tak jarang, ketika aku minum kopi, perutku serasa teriak. Perutku mulai bermasalah seketika itu juga.
Kicau burung yang syahdu membangunkanku dari tidurku. Aku menyeduh secangkir kopi hangat untuk menghangatkan suasana. Sebenarnya, aku kurang suka rasa pahit dari kopi asli. Sehingga perlu ada bahan campuran bahan lain yang menjadikannya lebih bernuansa. Tak jarang, ketika aku minum kopi, perutku serasa teriak. Perutku mulai bermasalah seketika itu juga.
Ada teman-teman saya yang penyuka
kopi. Mereka bilang mereka lebih senang menikmati kopi hitam yang asli (tanpa gula, tanpa susu, tanpa cream, dll) . Dan,
mereka melalui dengan aman-aman saja (tanpa perut sakit). Mungkin saja perutnya
sudah mulai bersahabat.
Oke, sedikit dulu sharingnya
tentang kopi. Aku bukan orang yang ahli dalam pembahasan tentang kopi. Kemarin Minggu, saya menonton tayangan Mata Najwa
di Metro TV. Sebenarnya itu adalah tayangan ulang dari malam sebelumnya. Pada saat
itu, bintang tamunya adalah dua putra Presiden
Jokowi, yaitu Kaesang Pangarep dan Gibran. Mereka sangat low profile. Sungguh
mirip sekali dengan karakteristik Pak Jokowi. Penampilan mereka juga sederhana
tapi bersahaja. Mereka kreatif. Sang Kakak, Gibran, mempunyai wirausaha
catering, sedari Martabak Markobar sampai paket catering yang diberi nama Cili Pari
. Sang Adik, Kaesang masih kuliah di Singapura. Kedua anak Pak Jokowi sudah
memegang prinsip yang teguh, mereka tidak mau terjun ke dunia politik seperti
ayahnya. Kata Gibran, “Yang jadi presiden kan Ayah saya, sedangkan saya hanya
anak biasa.” Benar sekali, Indonesia bukanlah kerajaan yang dipimpin secara
turun temurun oleh satu keluarga. Hal itu pernah dialami Indonesia pada zaman
orde lama. Segala asset negara dikuasai oleh satu penguasa beserta dengan
keturunannya. Alhamdulillah, karakteristik presiden yang sekarang tampaknya
berbeda dengan presiden-presiden berikutnya. Semoga Indonesia lebih baik. Memang
sudah seperti itu seharusnya.
Kehidupan itu jangan seperti
flashdisk. Seumpama flashdisk itu muat 18 giga, maka orang-orang akan
mengisinya dengan file hingga penuh. Seumpama
kita punya jabatan tinggi, kita punya kesempatan yang bagus untuk memasukkan
kerabat atau keluarga kita untuk menduduki posisi penting. Itulah pemikiran
yang salah. Ujung-ujungnya KKN. Masihkan para pelaku KKN bisa bernapan di Era
Presiden Jokowi?
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
#Hari_1
0 komentar:
Posting Komentar