A. Latar Belakang
Pendidikan karakter menjadi pondasi awal bagi siswa untuk bekal di
kehidupan mendatang. Di awal pembelajaran Program Guru Penggerak, kita telah
mempelajari filosofi pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara, kemudian dilanjutkan
dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak, lalu menyimpulkan visi sebagai
guru penggerak. Selanjutnya, kita belajar tentang pembiasaan budaya positif di
sekolah.
Saat ini, penerapan nilai-nilai budaya positif di sekolah semakin memudar
karena perkembangan zaman. Generasi muda
lebih mengapresiasi dan mengikuti trend barat dalam kehidupan sehari-hari.
Inilah saatnya untuk menghidupkan kembali penerapan budaya positif di sekolah.
Demi terwujudnya budaya positif di sekolah, diperlukan sinergi yang cukup
bagus antara guru, siswa dan orangtua siswa. Orangtua siswa mempunyai
tanggungjawab mengajarkan budaya positif di rumah. Sedangkan Bapak/Ibu Guru
mengajarkan budaya positif saat di sekolah. Keduanya bertujuan untuk membekali
siswa saat sudah memasuki dunia kerja dan bersosialisasi dengan masyarakat
luas. Peran guru di sekolah dalam membangun budaya positif di sekolah sangatlah
penting. Jika budaya positif di sekolah sudah terbentuk, maka karakter siswa
akan sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
B. B. Tujuan Aksi Nyata
Aksi nyata ini bertujuan untuk membangun budaya positif di sekolah berdasarkan keyakinan kelas yang telah disepakati. Harapannya akan timbul budaya positif dari kesadaran diri sendiri yang dilakukan dengan ikhlas dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari.
C. C. Deskripsi Aksi Nyata
1.
Siswa menerapkan 3 S (senyum, salam, sapa) di sekolah
Saat memasuki gerbang sekolah, siswa mematikan kendaraan bermotor kemudian
memberikan salam kepada Bapak Ibu Guru
2.
Menerapkan greeting
(salam) dalam Bahasa Inggris
Sebagai bentuk sebuah inovasi, siswa menyapa Bapak/Ibu Guru dalam Bahasa
Inggris. Hal itu bisa meningkatkan kemampuan siswa dan melatih rasa percaya
diri dalam berbicara Bahasa Inggris
3.
Adanya keyakinan kelas yang dijalankan bersama-sama
oleh siswa di dalam kelas.
Siswa dipandu oleh guru membuat keyakinan di kelas untuk ditaati bersama.
Keyakinan kelas berbeda dengan peraturan sekolah. Keyakinan kelas bisa
disesuaikan dengan kondisi kelas masing-masing dan diyakini bisa membawa
perubahan yang positif.
4.
Membuang sampah sesuai dengan jenisnya
Di sekolah sudah ada 3 jenis tempat sampah yaitu tempat sampah organik,
tempat sampah anorganik (tidak dapat di daur ulang) dan tempat sampah anorganik
(dapat di daur ulang). Tentunya hal ini dibutuhkan pembiasaan hingga kahirnya menjadi
kebiasaan yang positif.
5. Mengurangi penggunaan sampah sekali pakai contohnya
adalah membawa tumblr (tempat minum) dari rumah dan membeli nasi dari kantin
memakai daun.
7. Pembuatan batik shibori untuk seragam sekolah
D. D.Linimasa tindakan yang akan dilakukan
a)
Membentuk Forum
Grup Discussion (FGD) dengan guru-guru di sekolah
b)
Mengidentifikasi budaya positif yang bisa diterapkan
di sekolah
c)
Berdiskusi dengan kepala sekolah dan guru
d)
Menyampaikan pengarahan kepada siswa tentang budaya
positif disertai contoh
e)
Menerapkan budaya positif dalam kehidupan sehari-hari
sehingga menjadi kebiasaan (habit).
f)
Mendokumentasikan budaya positif di sekolah, kemudian
mengunggah ke social media agar lebih banyak yang terinspirasi.
E. E. Tolok Ukur
Keberhasilan dari Pelaksanaan Aksi Nyata
1.
Siswa disiplin dan menerapkan budaya positif
2.
Dengan adanya keyakinan kelas, siswa menyadari secara
penuh untuk melaksanakan keyakinan kelas.
3. Guru dan siswa melaksanakan budaya positif bersama-sama
F. Dokumentasi Pelaksanaan Aksi Nyata
Reuse (menggunakan kembali) gelas dan botol plastik bekas untuk menanam tanaman
0 komentar:
Posting Komentar